Kamis, 26 Maret 2015

Filipina di bawah Spanyol

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
            Filipina adalah salah satu dari sekian negara yang ada di kawasan Asia Tenggara, negara ini terletak di bagian utara Indonesia dan bagian selatan Cina. Filipina sama halnya dengan Indonesia yaitu sebagai negara kepulauan, kita bisa melihat pada peta bahwa Filipina secara garis besar terbagi atas dua bagian yaitu utara dan selatan. Di bagian utara mayoritas penduduknya beragama Katolik, dan bagian selatan di dominasi oleh penduduk yang beragama Islam, sebab bagian utara dan selatan kawasan ini tidak banyak mendapat pengaruh India, ditambah lagi jarak antara kedua kawasan ini yang sangat berjauhan, ini menjadi salah satu alasan mengapa kawasan ini sangat sedikit dipengaruh oleh India.
            Filipina memiliki komposisi penduduk “Tagalog 28.1%, Cebuano 13.1%, Ilocano 9%, Bisaya/Binisaya 7.6%, Hiligaynon Ilonggo 7.5%, Bikol 6%, Waray 3.4%, lainnya 25.3%” (Wiharanto 2012: 13). Kawasan Filipina dalam sejarahnya banyak mendapat pengaruh asing, salah satunya yang paling mendominasi yaitu pengaruh Spanyol terhadap Filipina, yang telah menjadikan kawasan ini sebagai jajahan Spanyol pada abad pertengahan dimana bangsa eropa memasuki zaman pencerahan setelah berakhirnya Perang Salib.
            Dalam sejarah modern sekarang Filipina menjadi salah satu negara pendiri ASEAN (Asosociation of South East Asian Nations). Dalam bidang pemerintahan negara ini menganut sistem yang sama seperti Amerika Serikat, dimana presiden menjadi kepala negara.

1.2. Rumusan Masalah
1.      Apa yang menyebabkan Spanyol datang dan menduduki Filipina ?
2.      Bagaimana kehidupan masyarakat di masa Kolonial dan kedudukan Spanyol di Filipina ?
3.      Jelaskan dampak dan pengaruh Spanyol di kawasan Filipina yang masih ditemukan hingga sekarang ?

1.3. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuat makalah ini sebagai berikut:
1.      Agar  dapat mengetahui sejarah Filipina pada masa kolonial.
2.      Mampu memahami dan menjelaskan pengaruh Spanyol di Filipina.
3.      Dapat menjelaskan latar belakang negara Filipina dalam segi sejarah kolonial.
4.      Untuk memenuhi tugas mata kuliah Asia Tenggara.

1.4. Manfaat
            Manfaat yang diharapkan dalam penyusunan makalah ini adalah:
1.      Dapat menambah wawasan dalam ruang lingkup sejarah Filipina.
2.      Memberikan pandangan secara garis besar sejarah Filipina di masa kolonial.
3.      Dapat menjadikan pedoman praktis untuk memahami sejarah Filipina pada masa kolonial.













BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Kedatangan Spanyol ke Asia Tenggara
            Bangsa Spanyol adalah salah satu bangsa eropa yang menjadi pelopor Penjelajahan Samudera pada abad ke-15, hal ini di latar belakangi oleh tertutupnya pelabuhan Konstantinopel, karena direbutnya Kerajaan Romawi Timur oleh Turki Ottoman di kawasan Turki sekarang yang menjadi sumber utama bangsa eropa untuk mendapatkan kebutuhan-kebutuhan hidup, hal ini menyebabkan bangsa eropa harus memutar fikiran untuk mendapatkan rempah-rempah yang menjadi kebutuhan di eropa.
            Sehingga muncullah berbagai gagasan untuk menemukan wilayah yang menghasilkan rempah-rempah, ditambah lagi pada saat itu bangsa eropa mengalami masa kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan khususnya pelayaran, lahirlah berbagai teori tentang bumi, dan penyempurnaan dalam berbagai bidang khususnya perkapalan, persenjataan, dan penunjuk arah.
            Selanjutnya pada saat itu Portugis dan Spanyol merupakan dua negara yang paling taat terhadap agama Katolik dan memiliki dendam terhadap penguasa negeri mereka sebelumnya yaitu Dinasti Umayyah, ditambah lagi dengan dendam yang masih tersimpan terhadap kekalahan Perang Salib, hal ini mendorong mereka untuk melancarkan serangan balas dendam terhadap seluruh orang-orang Islam yang ada di luar kawasan eropa secara umum yang dikenal dengan semangat Reconquesta. Sehingga lahirlah tiga buah konsep yaitu: Gold, Glory, dan Gospel. Gold atau dalam arti harfiahnya yaitu ‘emas’ yang melambangkan bahwasanya bangsa eropa ingin mencapai kekayaan,  Glory atau secara harfiahnya ‘kemuliaan/kekuasaan’ yang menandakan bahwa bangsa eropa ingin kembali berjaya dan berkuasa seperti pada zaman Romawi, dan  Gospel atau secara harfiah dapat diartikan ‘Injil’ yang melambangkan semangat menyebarkan agama yang dianut yaitu Katolik.
            Di latar belakangi oleh pengesahan dari paus Roma, penjelajahan pertama di awali oleh Portugis dengan dilanjutkan oleh Spanyol dengan tokohnya pertamanya Cristophus Columbus yang menemukan Benua Amerika, seperti dikutip dalam Ricklef, et al.(2013:190-191) yaitu:
Tahun terakhir ini, 1492, adalah tahun bersejarah karena hanya beberapa bulan setelah jatuhnya Granada, Cristophus Clumbus­~navigator berkebangsaan Italia (Geneo) dengan pengalaman di Portugis melakukan pelayaran atas nama Raja Castille Spanyol~menemukan dunia baru, benua Amerika.
            Selanjutnya tokoh Spanyol yang melanjutkan pelayaran adalah seorang pelaut Portugis yang bekerja untuk raja Spanyol yaitu Ferdinand Magellan, seperti dikutip dalam Soham (2014:2). “Kedatangan pertama orang-orang Barat yang tercatat adalah kedatangan Ferdinand Magellan di Pulau Homonhon, di tenggara Samar pada 16 Maret 1521”. Dan yang dikemukakan Ricklef, et al. (2013:197). “Pada 1521 ekspedisi mencapai Filipna dimana Magellan (seperti dijelaskan dalam Bab 4) terlibat dalam kericuhan masyarakat setempat dan terbunuh”. Namun ironisnya saat bangsa eropa berlayar ke timur mereka menjumpai orang-orang Muslim di kawasan timur termasuk Filipina yang sedang mengalami proses Islamisasi di bagian selatan Filipina.

2.2. Masa Penjajahan Spanyol di Filipina
1.      Masa Awal Penjajahan
            Dalam pembahasan di atas dikatakan bahwa Magellan terbunuh oleh sebuah insiden yang terjadi, salah satu penyebabnya ialah karena Magellan terlalu memaksakan agama Katolik kepada penduduk setempat sehingga menyebabkan kemarahan oleh beberapa kepala suku, dan memaksakan orang-orang Spanyol yang baru tiba untuk angkat kaki dari Filipina. Pelayaran diteruskan oleh Juan Sebastian del Cano yang tiba di Kepulauan Maluku, sesampai di Maluku mereka terlibat persaingan dengan Portugis yang telah lebih dulu tiba disana.
            Untuk menghindari perselisihan lebih lanjut maka pihak Gereja Roma menjadi penengah dengan mengadakan Perjanjian Zaragoza, yang membuat Spanyol harus kembali ke Filipina.
            Proses penjajahan yang dilakukan oleh Spanyol terhadap Filipina adalah dengan cara ekspansi yang ditanggapi dengan perlawanan rakyat di berbagai tempat, yang paling menonjol adalah perlawanan di bagian selatan yang mayoritas Muslim, dan Spanyol tidak mampu menaklukkan secara total perlawanan rakyat di bagian selatan yang diberi julukan sebagai orang-orang Moro hingga sekarang. Julukan ‘Moro’ diberikan sesuai dengan julukan untuk orang-orang Muslim di Spanyol pada abad pertengahan. Dalam Mahfud (2014:3) dijelaskan :
Pada mulanya raja kurang memperhatikan atas kepulauan ini, karena sedang sibuk membendung kekuatan Protestanisme di negerinya. Baru pada tahun 1526 raja mulai memikirkannya, kemudian mengirimkan sebuah tim yang dipimpin oleh Fernando Cortez, penakluk Mexico untuk menyelidiki kepulauan ini. Dua orang anak buahnya meninggal. Pada tahun 1542 berangkatlah Laksamana Ruy Lopez dan Vilalobos dari Puerta Navidad (Mexico) ke Filipina. Vilalobos menganti nama kepulauan St. Lazarus menjadi Philipinese sebagai tanda kehormatan kepada putera mahkota Don Philips II, putera Maharaja Karel V. Setelah secara resmi berkuasa mengganti ayahnya, Philips II mencurahkan semua kekuatannya untuk menguasai kepulauan yang dinisbatkan pada namanya.
Pada awal kekuasaannya, Spanyol menggunakan berbagai kebijakan yang sangat membebani rakyat Filipina,diawali dengan berbagai pemungutan pajak dan kebijakan lainnya, Ricklef, et al. (2013:253) memaparkan sebagai berikut:
Sejak 1589 bangsa Spanyol memungut upeti tahunan kepada setiap pria dewasa yang berusia antara 18-60 tahun. Upeti ini tidak hanya dibayarkan dalam bentuk mata uang tetapi juga tenaga kerja dan barang-barang. Pajak tahunan ini dikumpulkan melalui raja atau encomienda (hibah) swasta yang dihaadiahkan sebagai penghargaan atas jasanya kepada raja.
Dapat dikatakan bangsa Spanyol dalam proses menguasai Filipina mendapatkan berbagai tekanan dimulai dari perlawanan yang terjadi di Filipina ditambah lagi dengan kekacauan yang terjadi di negerinya sendiri, diantaranya perang yang dikumandangkan oleh Belanda untuk mendapatkan kemerdekaannya ditambah lagi dengan munculnya aliran baru yang sangat di benci oleh Spanyol yaitu Protestan. Serpeti yang dikutip dalam Recklef, et al. (2013:255) sebagai berikut:
Bangsa Spanyol menghadapi berbagai ancaman bahkan dari Luzon dan Visayas. Sejak 1596 hingga 1764 kota-kota di Ilocos dan Cagayan, Pengasinan, dan Pampanga, Luzon, Bohol dan Leyte secara sporadis memberontak. ,mereka memprotes komposisi upeti yang mencekik dan tuntutan pemenuhan tenaga kerja, Kristenisasi dan penindasan terhadap agama tradisional serta beban-beban untuk mendukung perang-perang Spanyol. Kendati diarahkan pada para encomendero pemberontakan juga menyerang para rahib dan gereja. Pemberontakan Igorot (1601), dan Gaddang (1621) di Luzon utara serta pemberontakan Tamblot (1621-1622). Bankaw (1622), dan Tapar (1663) di Visayas menjadi simbol-simbol Katolik sebagai sasaran.
Lalu, pada tahun 1762, Spanyol bersekutu dengan Prancis sehingga melibatkannya dalam Perang Tujuh Tahun yang membuat Filipina ikut serta. Inggris yang menjadi salah satu lawannya dalam kancah perang mengirim pasukan besar dari India untuk menginvasi Manila, dan memaksa penduduk setempat untuk mengangkat senjata melawan Spanyol. Perjanjian Paris mengakhiri serangan ini dan Spanyol kembali berkuasa.
Penafsiran bahwa perlawanan yang dihadapi oleh Spanyol sangat berat, lalu ditambah lagi dengan hasutan yang dilakukan oleh orang-orang Belanda yang telah mulai berdagang di kawasan Asia Tenggara agar melawan bangsa Spanyol. Hal ini menunjukkan bahwa untuk memantapkan dominasinya di Filipina, Spanyol mengalami tekanan dari berbagai sudut dan juga pengaruh kebijakan Spanyol yang diterapkan di Filipna yang sangat memaksa dan menghina budaya setempat seperti pemaksaan terhadap ajaran Katolik yang menyebabkan perlawanan yang tiada henti.
Protes terhadap Spanyol juga datang dari pendatang Cina, mereka merupak pemain utama yang menghubungkan perdagangan, keuntungan dalam perdagangan yang mereka jalani membuat mereka ingin menetap di Filipina. Maka timbullah rasa khawatir pada Spanyol, sehingga membatasi jumlah imigran Cina yang berdatangan.
      Beredarnya kabar palsu, bahwa kaisar Cina mendukung para imigran Cina di Filipina menyebabkan terjadi pemberontakan di Filipina yang dilakukan oleh orang-orang Cina, mereka melakukan pembakaran terhadap pemukiman dan menggunakan simbol-simbol Cina dalam melakukan aksinya, sehingga membuat Spanyol mengeluarkan peraturan terhadap pengusiran orang-orang Cina.
 Yang sangat melelahkan Spanyol adalah perlawanan yang dilakukan oleh penduduk bagian selatan~Moro~menjadi perlawanan terlama dalam sejarah perlawanan terhadap kolonial, namun semuanya dapat diatasi oleh Spanyol dengan melakukan kerja sama dengan raja-raja lokal.

2.      Pemerintahan Kolonial Spanyol di Filipina
Filipina sangat berbeda dengan kawasan lain di Asia Tenggara, hal ini dipicu oleh kedatangan bangsa Spanyol yang sangat awal dan berhasil menancapkan hegemoninya di Filipina, sehingga dampak yang diakibatkan sangat kental dibandingkan dengan kawasan lain di Asia Tenggara. Sampai sekarang kita juga dapat melihat pengaruh Spanyol yang masih melekat di sana yaitu dari nama penduduk, agama, hingga ciri-ciri fisik penduduknya karena pada masa itu terjadi perkawinan campuran antara orang-orang Spanyol dan penduduk setempat.
Secara garis besar sistem pemerintahan jajahan Spanyol ada dua yaitu: pertama, kekuasaan langsung dan kedua, adu domba dan kuasai. Sistem ini dapat kita katakan hampir sama dengan sistem Belanda dalam menjajah nusantara dengan istilah Devide et Impera yaitu politik pecah belah. Selanjutnya “ Para pejabat gereja juga mengekang otoritas sipil yang sangat kuat. Sesuai patronato real, gereja dan negara disatukan untuk mengatur dan menyebarkan ajaran Kristen”. (Ricklef, et al. 2013:309).
Dalam bidang pemerintahan hampir seluruhnya diduduki oleh orang-orang Spanyol yang menandakan sistem kasta sosial yang diciptakan oleh Spanyol yaitu peninsulare bagi mereka yang lahir di tanah Spanyol, insulare atau criollo bagi mereka orang Spanyol yang lahir di Amerika atau Filipina. Dengan adanya sistem kasta ini membuat sering terjadi pelecehan terhadap kedudukan dan terjadi kecemburuan terhadap pemerintah akibat lebih mengistimewakan peninsulare. Dan nanti juga banyak melahirkan kasta-kasta baru seiring dengan terjadinya perkawinan campuran antara orang-orang Cina, Filipina, dan Spanyol sendiri.
Pada 1595 ordo Jesuit mendirikan sekolah tata bahasa untuk pelajar putra yang kelak bernama Universitas Ateneo de Manila. Ordo Dominikan mendirikan Universitas Santo Thomas pada 1611. Gadis Spanyol menerima pendidikan praktis disekolah-sekolah asrama.
Selanjutanya, di tahun 1823, pemerintah yang konservatif mengganti pejabat militer dari kalangan insulare dengan peninsulare.
Gebernur Jenderal menduduki pucuk pemerintahan, sebagai perwakilan raja di tanah jajahan dengan kewenangan eksekutif absolut. Ia juga memimpin pasukan bersenjata di seluruh kepulauan.
Kawasan Filipina dijadikan sebagai kawasan penghubung perdagangan Spanyol, yang menghubungkan tanah jajahannya di barat (Meksiko) dan timur (Filipina) yang membuat jangkauan perdagangan mereka melintang dari barat hingga timur yang berhubungan dengan Cina.
Namun ada hal yang menarik dari segi ekonomi yang dijalankan oleh pemerintah kolonial, dimana di kawasan Asia Tenggara yang menjadi tanah jajahan bangsa barat, orang-orang Cina menjadi pemeran penting dalam bidang ekonomi namun hal ini tidak berlaku di Filipina, di karenakan terjadi pengusiran orang-orang Cina yang non-Katolik oleh pemerintah yang dianggap berbahaya bagi pemerintah yang menyebabkan munculnya pengusaha-pengusaha yang berasal dari kalangan orang-orang Spanyol sendiri dan bahkan penduduk pribumi setempat. Seperti yang telah disebutkan di atas bahwa orang-orang Cina juga melakukan protes terhadap Spanyol di Filipina.

3.      Nasionalisme Filipina
Secara garis besar dalam sejarah Nasionalisme Asia Tenggara dapat dibagi dalam tiga bentuk pertama, Nasionalisme yang diperoleh melalui perlawanan, kedua, Nasionalisme yang diperoleh melalui pemberian, dan ketiga, Nasionalisme yang diperoleh dengan cara melanjutkan sistem yang diwarisi pemerintahan kolonial.
 Filipina merupakan negara pertama di kawasan ini yang menerima pengaruh Nasionalisme, karena penduduk Filipina merupakan negara terawal yang penduduknya mendapatkan pendidikan barat, sehingga tidak heran bila melihat bahwa Nasionalisme pertama kali muncul di kawasan ini adalah Filipina.
Terdapat beberapa tokoh pergerakan nasional di kawasan ini, yang sangat menonjol adalah Jose Rizal, ia adalah seorang yang sangat terdidik, sejak usia dini, Jose Rizal menunjukkan kecerdasan dewasa sebelum waktunya. Dia belajar mengenal huruf dari ibunya pada usia tiga tahun, dan bisa membaca dan menulis pada usia lima tahun. Jose Rizal Mercado kuliah di Ateneo Municipal de Manila, kemudian lulus pada usia enam belas tahun dengan nilai tertinggi. Dia mengambil program pasca sarjana di sana untuk keahlian survey pertanahan. Rizal menyelesaikan pelatihan surveyornya pada tahun 1877, dan lulus ujian lisensi Mei 1878, tapi tidak bisa menerima lisensi untuk praktik karena ia baru berusia 17 tahun. (Dia diberikan lisensi pada tahun 1881, ketika ia mencapai usia dewasa.) Pada tahun 1878, pria muda itu juga terdaftar di University of Santo Tomas sebagai mahasiswa kedokteran. Dia kemudian berhenti sekolah dan menuduh adanya diskriminasi terhadap mahasiswa Filipina oleh profesor Dominika.
Pada bulan Mei 1882, Jose Rizal naik kapal ke Spanyol tanpa memberitahu orangtuanya. Dia mendaftarkan diri pada Universidad Central de Madrid. Pada bulan Juni 1884, ia menerima gelar dokter pada usia 23 tahun dan tahun berikutnya, ia juga lulus Fakultas Sastra dan Filsafat.  
Adapun beberapa faktor yang dapat kita ringkas sehingga menyebabkan timbul pergerakan nasional di Filipina sebagai berikut:
a.       Sistem penjajahan yang telah sangat menyengsarakan rakyat.
b.      Penguasaan gereja terhadap rakyat seperti yang telah dijelaskan di atas.
c.       Pengaruh paham-paham baru yang pada saat itu baru bermunculan seperti demokrasi, leberalisasi, dan sebagainya.
d.      Lahirnya kaum itelektual dalam kalangan pribumi, ini adalah akibat pemerintah menyediakan sekolah baik di Filipina maupun di Spanyol bagi penduduk Filipina.
e.       Pengaruh terhadap kemerdekaan Amerika Latin yang menentang kekuasaan Spanyol.
Beberapa poin diatas adalah garis besar yang menyebabkan terjadinya revolusi pertama di Filipina, selain itu terdapat salah satu karangan novel yang dibuat oleh Jose Rizal dan mempengaruhi pergerakan ini, yang berjudul ‘Noli Me Tangere’ (Jangan Sentuh Saya), seperti paparan Wiharyanto.(2012:14). Sebagai berikut:
Menurut Rizal, kalimat No me Tangere itu diambil dari kitab Injil Yohanes 20:17, yakni dalam kalimat: Kata Yesus kepada Maria Magdalena “Jangan engkau menyentuh Aku sebab Aku belum pergi kepada Bapa”. Buku itu mengkritik pemerintah Spanyol dan Gereja di Filipina. Karena itu ia ditangkap dan dihukum mati.
            Selanjutnya pada 1892, atas prakarsa Jose Rizal kaum intelek membentuk sebuah liga yang dinamakan dengan Liga Filipina, organisasi ini digunakan untuk melawan hegemoni Spanyol di Filipina. Namun pada 1896, Rizal ditangkap dan dihukum mati. Dampak dari kematian Rizal menjadi lambang kepercayaan masyarakat untuk meneruskan perjuangannya melawan pemerintahan Spanyol, sepertinya kematian Rizal berhasil menciptakan suatu ikatan moral terhadap penduduk yang sangat lama tertindasa atas perlakuan Spanyol, dan inilah yang menjadi akar rumput permasalahan kemerdekaan Filipina.

4.      Akhir Kekuasaan Spanyol di Filipina
Pada akhir abad ke-19 terjadi pengalihan kekuasaan atas Filipina, hal ini terjadi karena Spanyol tidak mampu mempertahankan lagi tekanan-tekanan yang dihadapinya, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar dan juga bangsa Spanyol yang dulunya merupakan negara yang sangat disegani di eropa, menjadi negara eropa yang kolot dan memiliki banyak musuh, karena dulunya Spanyol memiliki banyak tanah jajahan di eropa dan sekarang negara-negara yang telah merdeka dari Spanyol mulai menyerang balik Spanyol.
Selanjutnya pada tahun 1896, Emilio Aquinaldo meneruskan pemberontakan Katipunan  pemerintahan Kolonial Spanyol tidak dapat menindasnya, bahkan makin lama  pemberontakan makin berkobar. Akhirnya, pemerintahan kolonial Spanyol mengadakan  perjanjian dengan Aguinaldo yang isinya pemerintahan kolonial Spanyol akan mengadakan  perbaikan pemerintahan dalam waktu tiga tahun.
Tetapi Aquinaldo dan pemimpin lainnya harus meninggalkan Filipina yaitu ke Hongkong. Aquinaldo meninggalkan Filipina dan  pemberontakan berhenti. Tetapi dengan pecahnya perang Amerika-Spanyol tahun 1898, Aquinaldo muncul kembali. Dia memihak Amerika karena mengira bahwa Amerika akan menghancurkan kolonialisme Spanyol di Filipina dan memberikan kemerdekaan kepada Filipina. Aquinaldo memproklamasikan kemerdekaan Filipina tanggal 12 Juni 1898.
Seperti yang terdapat dalam Wiharyanto.(2012:14). Sebagai berikut:
Aquinaldo membantu Amerika Srikat menumbangkan pemerintahan Spanyol di Filipina (1897) dan memproklamasikan kemerdekaan Filipina pada tanggal 12 Juni 1898. Amerika Serikat yang mengganti penajahan Spanyol di Filipina tidak mengakui kemerdekaan Filipina tetapi justru menghancurkannya. Ternyata Amerika tidak membebaskan Filipina justru menjadi penjajah baru yang jauh lebih kuat dari Spanyol, sehingga perjuangan Aquinaldo gagal total.
Kemudian dia menggempur tentara kolonial Spanyol. Hampir seluruh Filipina dapat dikuasai oleh Aguinaldo dan hanya Manila yang masih dikuasai Spanyol. Aquinaldo bersama-sama dengan tentara Amerika melakukan serangan terhadap Manila. Manila dapat direbut pada tanggal 13 Agustus 1898 dan tanggal 10 Desember 1898 secara resmi Spanyol menyerahkan Filipina kepada Amerika Serikat.
Dengan lenyapnya imperialisme Spanyol di Filipina, bukan berarti Filipina bebas dari cengkraman kaum imperialis. Hal ini disebabkan karena Amerika Serikat yang tadinya memberikan bantuan kepada Filipina untuk mengusir Spanyol berbalik dan bermaksud menguasai Filipina. Dengan kata lain, Amerika Serikat juga menjadi bangsa imperialis yang ingin menjajah Filipina.
Melihat kenyataan ini, Aquinaldo melakukan protes dan tetap memegang teguh  pada kemerdekaan Filipina. Undang-undang Dasar dibentuk dan Aquinaldo bertindak sebagai  presiden (1898). Aquinaldo segera mengobarkan perjuangan untuk menentang Amerika Serikat. Dua tahun lamanya dia bertempur melawan Amerika Serikat, tetapi Amerika Serikat terlampau kuat untuk dilawan.
Pada tahun 1901 Amerika Serikat dengan menjalankan tipu muslihatnya berhasil menangkap Aquinaldo, tetapi pasukan Gerilyanya tetap meneruskan perjuangannya sampai tahun 1902.






           









BAB II
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Dimulainya penjelajahan bangsa barat ke bagian dunia lain yang menyebabkan terjadinya penjajahan. Bangsa Spanyol menjajah Filipina selama kurang lebih 327 tahun. Suasana liberal pada saat dipimpin oleh gubernur Torre menyebabkan Filipina ingin membebaskan diri dari belenggu penjajah dan hendak mengatur negaranya sendiri. Banyak faktor yang melatarbelakangi nasionalisme di Filipina. Faktor-faktor yang menjadi penyebab adalah faktor dari luar (eksternal) maupun dari dalam (internal) itu sendiri.
Filipina merupakan negara yang pengaruh budaya baratnya masih terlihat sangat kuat sampai sekarang. Hal tersebut dilatar belakangi oleh pengalaman penjajahan yang dialami Filiphina dimana Filiphina dijajah oleh Spanyol.
Salah satu pengaruh yang ditinggalkan oleh Spanyol yang masih sangat kental hingga hari ini adalah agama Katolik, walaupun dulunya dilakukan secara paksa pada masyarakat Filipina.
Kawasan Filipina merupakan negara kepulaun seperti halnya Indonesia, isu yang sangat memanas dari negara ini adalah konflik Moro yang terus berlarut-larut, ini merupakan sisa-sisa konflik yang ditinggalkan oleh Spanyol dan Amerika yang menjajah Filipina.









DAFTAR PUSTAKA

Ricklef, et al. (2013). Sejarah Asia Tenggara. Jakarta: Komunitas Bambu.
Wiharyanto A Kardiyat. (2012). Sejarah Asia Tenggara. Yogyakarta: Universitas   Sanata Darma.
Isharyanto, Jose Rizal, diakses 19 Oktober 2014 dari situs:   http://sejarah.kompasiana.com/2013/09/23/jose-rizal-pahlawan-nasional           -filipina-594348.html.
Soham Manap, Sejarah dan Perkembangan Filipina, diakses 19 Oktober 2014 dari            situs:http://www.academia.edu/8032640/sejarah_dan_perkembangan_filipinaa      
Yusuf, Imperialisme di Filipina, diakses 20 Oktober 2014 dari situs:             http://yusufsejarah.blogspot.com/2012/06/imprealisme-di-filipina.html


Tidak ada komentar:

Posting Komentar