Kamis, 26 Maret 2015

Perang Vietnam

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Vietnam merupakan salah satu dari negara yang berada di kawasan Asia Tenggara. Vietnam merupakan negara yang menganut sistem Sosialis-Komunis, orang-orang Vietnam biasa juga dikenal dengan orang Indo-Cina.[1] Mengingat kawasan ini pernah diduduki oleh kekaisaran Cina.
Sejarah Vietnam pada masa kolonial mengungkapkan bahwa kawasan ini berada di bawah kontrol Perancis, Perancis berhasil menduduki seluruh kawasan Indo-Cina. Pada awal abad ke-20 kedudukan Perancis mulai terdesak karena perkembangan ideologi-ideologi baru terutama setelah Restorasi Meiji di Jepang, dan gerakan dr. Sun Yat Sen di Cina menyebabkan terjadi berbagai pembangkangan dari penduduk ditambah lagi keadaan politik dunia yang akan mendekati Perang Dunia II.
Pergerakan-pergerakan yang mulai mengusik keberadaan Perancis ditandai dengan munculnya berbagai sekte agama, salah satunya Hao hao. Munculnya tokoh-tokoh baru, diantaranya yang sangat berperan dalam pergerakan Nasionalisme Vietnam adalah Ho Chi Minh.
Pada awalnya Ho Chi Minh tinggal di Perancis dengan nama Nguyen Ai Quoc (Nguyen Sang Patriot). Ia memiliki kontak dengan Partai Sosialis Perancis.[2] Selanjutnya dikatakan bahwa, pada tahun 1925 Ho (yang sedang tinggal di Kanton atau Guangzhou) mendirikan organisasi revolusioner Vietnam yang biasa dikenal dengan nama pendek Than Nien (Pemuda).[3]
Kedudukan Prancis di Vietnam pada awal Perang Dunia II masih dipertahankan oleh Jepang yang menyerang seluruh kawasan Asia Pasifik, ini karena di negeri Perancis sendiri banyak terdapat pendukung yang berpihak kepada blok Fasis. Pada saat akhir masa Perang Dunia II, karena semakin terdesak Jepang menggulingkan pemerintahan Perancis.
            Pasca Perang Dunia II dengan kemenangan di pihak sekutu memberikan dampak kembalinya para penjajah ke negeri jajahan mereka masing-masing termasuk Perancis yang telah menunggu untuk dapat kembali berkuasa di Vietnam. Inilah yang menjadi akar permasalahan yang menyebabkan terjadinya Perang Vietnam atau juga dikenal Perang Indo-Cina yang berlangsung selama dua periode.
            Perang Indo-Cina pertama menitik beratkan perlawanan terhadap kekuasaan kolonial Perancis. Sedangkan Perang Indo-Cina Kedua merupakan perlawanan komunis terhadap pemerintahan non-komunis yang di bekengi Amerika.[4] Perang yang telah memakan korban yang cukup banyak ini ternyata berlangsung lama, secara garis besar perang ini berlangsung dari 1946 hingga 1975. Makalah ini mencoba untuk memaparkan tentang Perang Indo-Cina namun lebih terfokus kepada Vietnam yang menjadi pusat perlawanan.

1.2. Rumusan Masalah
            Rumusan masalah ini berguna untuk dapat menjadi titik fokus kita dalam pembahasan makalah dan juga memberi batasan terhadap pembahasan yang melenceng dari makalah dan telah diuraikan sebagai berikut :
1.      Apa yang menyebabkan Perancis dapat kembali ke Vietnam ?
2.      Jelaskan latar belakang yang menyebakan terjadinya perang ?
3.      Siapa tokoh yang sangat berperan terhadap peperangan ini ?
4.      Kemukakan secara singkat tentang peran negara-negara luar yang mendukung pihak yang sedang berperang ?

1.3. Tujuan dan Manfaat
            Adapun tujuan dan manfaat yang dapat kita ambil dari makalah ini sebagai berikut :
1.      Memberikan deskripsi kepada forum tentang Perang Indo-Cina, khususnya Vietnam.
2.      Dapat memaparkan setiap peristiwa secara kronolgis.
3.      Dapat menjelaskan dampak dari peperangan ini.
4.      Menambah wawasan terhadap sejarah Vietnam.
5.      Memenuhi tugas makalah dalam perkuliahan Sejarah Asia Tenggara.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Tokoh Dibalik Perang
            Perang Vietnam yang telah dilancarkan bertahun-tahun menyebabkan berbagai kehancuran dalam berbagai sektor, ini di akibatkan oleh berhasilnya para pemimpin-pemimpin perang dalam menanamkan cita-cita heroiknya dan keberhasilan dalam menjalankan pemerintahan.
            Sebelum kita membahas lebih dalam tentang Perang Vietnam, maka kita secara sepintas mencoba untuk mengenal para pemegang sentral dalam proses peperangan.
1.      Ho Chi Minh
Minh lahir pada 19 Mei 1890, dengan nama Nguyen Sinh Cung. Lahir di desa kecil Kimlien, Nghe An, Vietnam Tengah. Min lahir dalam keluarga pemberontak, ayahnya merupakan seorang pegawai yang mengundurkan diri seiring dengan makin mantapnya kekuasaan Perancis di sana.
Minh di sekolahkan si sekolah Perancis, yaitu Akademi Nasional. Saat bersekolah di sini, Minh mulai bersikap kritis. Baginya sebuah hal aneh jika Perancis terkenal dengan slogan “Kebebasan, Persamaan, dan Persaudaraan”, tetapi dalam kenyataannya melakukan penjajahan di atas Indo-Cina.[5] dalam kehidupannya Minh banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor kejadian yang ada, dia sangat berfikir kritis dalam segala hal.
Minh sangat terpengaruh oleh berbagai perkembangan yang ada di negeri Cina. Minh sempat merantau hingga ke Perancis, di sana dia bekerja diantarnya menjadi juru masak. Setelah berkeliling ke berbagai negara, selama 1917-1923 Minh menetap di Paris dan bekerja sebagai pembantu seorang fotografer. Pada masa inilah ia mulai secara serius mempelajari karya-karya Karl Marx dan penulis kiri lainnya.[6]
Akibatnya Minh mulai terjun secara langsung kedalam polik haluan kiri, dia semakin aktif dan semakin dikenal oleh orang banyak dengan sikapnya yang sangat berani menentang kekuasaan Perancis. Ho Chi Minh mulai aktif dalam kegiatan Komunis Internasional, dia mengikuti berbagai pertemuan yang ada di Rusia dan Cina. Minh nyaris kehilangan nyawanya saat gagal dalam melakukan pemberontakan terhadap Perancis, namun dia berhasil lari ke Hongkong, sejak saat itu juga Minh sering sekali mengganti namanya.
Saat Jepang menguasai Vietnam, Minh sangat menentang Fasisme, dia beranggapan bahwa Fasisme lebih berbahaya dari pada Imperialisme dan Kapitalisme, hal ini berbeda dengan golongan Nasionalis Vietnam yang lain. Mereka bekerja sama dengan Jepang, hal ini juga menyebabkan naiknya popularitas Minh dalam Masyarakat.
Pada 10 Mei 1941, di Pegunungan Marx, bersama kaum komunis Vietnam lainnya, terbentuklah Vietminh (Liga Pembebasan Vietnam). Sayap organisasi militer baru ini dipimpin oleh Jenderal Vo Nguyen Giap.[7]
2.      Ngo Dinh Diem
Ngo Dinh Diem lahir 3 Januari 1901. Dia adalah seorang Katolik yang taat dan merupakan pejabat tertinggi dari Dinasti Nguyen. Pada saat  pemerintahan Minh, dia mengasingkan diri ke Amerika Serikat. Berakhirnya babak pertama Perang Vietnam dia dipanggil oleh Bao Dai untuk menjadi perdana menteri untuk bagian Vietnam Selatan.
Diem menerima jabatan tersebut dan menyingkirkan kaisar dalam cara referendum curang pada 1955. Tak lama setelah itu Diem menyatakan dirinya sebagai Presiden Vietnam Selatan.[8] Diem yang disokong oleh Amerika melakukan pembangunan dan ingin memulihkan kondisi Vietnam Selatan dari pengaruh Komunis yang terus masuk dari Vietnam Utara.
Diem menyingkirkan musuh-musuhnya dengan cepat dan menumpas segala gerakan yang menjurus ke persatuan Vietnam (baca: Vietkong). Namun tanpa disadari pemerintahan yang dijalankan ternyata sangat buruk karena korupsi yang merajalela. Ditambah lagi dengan Amerika yang telah tidak begitu mendukung Diem.
Salah satu segi kelemahan pemerintahan Ngo Dinh Diem, terletak dalam sistem dan tata pelaksanaan politiknya. Ia sangat menyandarkan diri pada partai Can Lao, yang dipimpin oleh adiknya sendiri, yakni Ngo Dinh Nhu dan istrinya Tran Le Xuan yang sangat ambisius. Parta Can Lao itu bertindak sebagai agen rahasianya dan menguasai Gerakan Revolusi Nasional. Sekalipun saudara, tetapi banyak pandangan dan tindakan Ngo Dinh Nhu sangat berlainan dengan Ngo Dinh Diem sendiri. Sungguh sangat tercela tindakan iparnya Tran Le Xuan, yang bertindak seakan-akan menjadi Ratu Vietnam. Karena memang Ngo Dinh Diem tetap masih membujang, maka segala sesuatu mengenai rumah tangga di kediaman resminya di Saigon, diatur oleh Tran Le Xuan. Di samping itu, Tran Le Xuan dengan secara mencolok mengumpulkan banyak harta benda dan menguntungkan sanak keluarganya dengan mengankat mereka dalam jabatan negara yang penting-penting, segingga banyak menimbulkan kemasgulan.[9]

2.2. Perang Vietnam Pertama (1945-1954)
            September 1945, Ho Chi Minh memproklamasikan kemerdekaan Republik Demokratik Vietnam, namun kemerdekaan ini tidak diakui oleh pihak sekutu terutama Perancis. Sekutu menugaskan Inggris dan Cina agar mengambil alih kekuasaan terhadap Vietnam dari Jepang. Sedangkan pasukan Kuomintang masuk ke Vietnam melalui jalur utara.
            Inggris pada saat itu sedang sibuk bersama Belanda untuk mengembalikan kekuasaannya di negeri jajahan mereka, maka dengan mudah Perancis membujuk Inggris agar menyerahkan Vietnam kepada Perancis.  Penyerahan berlangsung di Saigon. Di samping itu, Minh terus berupaya mengkonsolidasikan wilayahnya. Kuomintang terus memporak-porandakan Vietnam bagian utara.
Di Perancis, pasca Perang Dunia II terbentuknya suatu pemerintahan baru yang berhasil dikuasai oleh kelompok Sosialis dan Komunis, sehingga kebijakan untuk Vietnam masih belum jelas kelanjutannya. Namun hak-hak Perancis tetap diperteguhkan, bagi Minh ini menjadi suatu keuntungan yang menandakan bahwa Perancis dengan pemerintahan yang sekarang akan membasmi pasukan Kuomintang yang berada di utara karena beraliran anti-komunis. Cina sangat tidak suka dengan Vietnam karena mereka menganut aliran Komunis, sehingga pada 1946 Cina menyerahkan mandatnya kepada Perancis.
            Dalam waktu bersamaan datanglah Panitia Militer Pemeriksa dari Amerika Serikat di Hanoi. Panitia ini di mana-mana menentang pengembalian kolonialisme Eropa gaya kuno. Kebijaksanaan ini diambil dari tindak lanjut politik Pintu Terbuka Amerika Serikat, dan juga dari negara-negara Barat yang lain.[10]
          Ho Chi Minh memainkan politik jitu, yaitu dengan membubarkan Vietminh untuk mengaburkan pandangan Amerika tentang Vietnam yang komunis dan nantinya pada 1951 Minh dengan tegas mengungkapkan kepada semua ideologi Vietnam yang komunis. Minh beranggapan bahwa perlunya sebuah perundingan untuk menyelesaikan permasalahan dengan Perancis. Tahun 1946 dihabiskan untuk perundingan yang tiada hasil. Ternyata perundingan yang tidak berguna ini digunakan oleh Giap untuk memperkuat basis militer di Vietnam.
            Pertempuran awal Vietnam mengalami kekalahan, di karenakan kesiapan Giap dalam memimpin dan perlengkapan persenjataan yang kalah dengan pihak lawan menyebabkan mereka terpaksa mundur. Dampak dari perang pertama ini maka Perancis pada 1950 mendirikan sebuah pemerintahan yang terletak di Vietnam Selatan yang beribukota Saigon. Wilayah ini langsung berada di bawah Uni Perancis dengan mengangkat Bao Dai sebagai kepala negara yang dijadikan boneka oleh Perancis. Tujuan dibentuknya pemerintahan di bagian selatan adalah untuk menghalau laju komunis namun tidak pernah berhasil.
            Negara baru ini bahkan menambah masalah, Bao Dai bukanlah seorang yang disukai selain itu masyarakat menganggap Bao Dai bekerja sama dengan Perancis sehingga dia tidak berhasil mengembangkan rasa nasionalis dalam kalangan rakyat, ditambah lagi dengan tekanan dari sekutu untuk memberikan otonomi penuh bagi wilayah ini.
            Berdirinya Zhonghua Renmin Gongheguo (Republik Rakyat Cina) 1949 menandai titik balik bersejarah. Rupublik Demokratik Vietnam sekarang memiliki rezim bersahabat di ‘halaman belakang’ rumahnya. Cukup banyak bantuan Cina yang datang~baik material maupun personel.[11] Selain itu pasukan Vietnam dikirim ke Cina untuk mendapat pelatihan militer dan ideologi komunis, serta menjadikan pedoman dalam melakukan pergerakan.
            Pasukan Vietnam dan Cina bekerja sama untuk mengusir Perancis di wilayah perbatasan. Mereka berhasil menghancurkan pos-pos yang diduduki Perancis oleh karena itu Amerika semakin meninjau kawasan Vietnam yang tidak mampu ditangani oleh Perancis guna menghalau pengaruh komunis. Sekali lagi, tahun 1953 semakin menandakan kelemahan Perancis hal ini dapat dilihat langsung dengan kekalahan berturut-turut yang diderita oleh Perancis, walaupun mendapat sokongan penuh dari Amerika tetap saja mereka tidak mampu mengahalaunya.
            Perancis beranggapan bahwa perang dapat dimenangkan apabila dilakukan dalam lapangan terbuka, sedangkan yang terjadi adalah pasukan Perancis harus menjaga berbagai kawasan yang dianggap strategis untuk kepentingannya. Lain halnya dengan pasukan Vietnam yang melakukan penyerangan dari segala penjuru, prinsip pasukan Vietnam yaitu merebut kawasan mana saja yang memungkinkan untuk direbut.
            Dampaknya sangat terasa bagi Perancis, mereka harus menyebar pasukannya untuk menjaga berbagai kawasan, sehingga pasukan Perancis terpecah belah dalam kelompok yang cenderung lebih kecil dibandingkan dengan pasukan Vietnam yang jumlahnya sangat besar.
Babak terakhir dari Perang Indo-Cina Pertama dimulai dengan serangan gabungan pasukan Tentara Rakyat Vietnam dan Pathet Lao ke Laos pada awal 1953 yang berhasil merebut Luang Phabang.[12]
2.3. Perang Vietnam Kedua (1954-1975)
            Perang Vietnam kedua mempunyai ciri khas tersendiri, yaitu di sini mereka tidak lagi melawan kolonial, namun melawan ideologi yang anti komunis. Masa depan Indo-Cina dirundingkan dalam Konferensi Jenewa yang dibuka pada Juli 1954. Selain negara-negara adidaya~Prancis, Inggris, Amerika Serikat, Uni Soviet dan Republik Rakyat Cina~konferensi juga dihadiri oleh delegasi-delegasi komunis dan non-komunis dari masing-masing negara.[13]
            Hasil perundingan berujung pada perdebatan sengit dari Konferensi Jenawa adalah pembagian Vietnam menjadi dua yang dipisahkan garis 17 derajat lintang utara. Republik Demokratik Vietnam tentu saja menganggap pihaknya sebagai pemerintahan yang sah untuk seluruh negeri tetapi Inggris dan Amerika berkeras untuk membelah menjadi dua wilayah. Baik Uni Soviet maupun Cina tidak memberikan tekanan yang sejati sangat penting untuk memblokir keputusan ini. Republik Demokratik Vietnam sekarang berkuasa di bagian utara sementara Negara Vietnam di bawah pimpinan Bao Dai berkuasa di Vietnam Selatan. Kekuasaan Perancis sudah murni berakhir kendati tetap mempertahankan hubungan dengan bekas-bekas koloninya.[14]
Namun hasil dari Perjanjian Jenawa tidak pernah ditanda tangani oleh Amerika dan Vietnam Selatan, mereka menganggap bahwa keputusan dalam konferensi masih sangat merugikan pihaknya. Setelah perjanjian disepakati oleh sebagian anggota, dilanjutkan proses realiasai perjanjian tersebut.
Ho Chi Minh mulai melakukan pembaharuan terhadap berbagai bidang, di mulai dengan revolusi agraria dengan cara mengatur ulang sistem kepemilikan tanah, lalu menanamkan ideologi marx tehadap penduduknya. Dalam masa ini Vietnam Utara mengalami proses persatuan yang mantap.
Di samping itu, Vietnam Selatan yang dipimpin oleh Bao Dai nyaris tidak memberikan kontribusi apapun untuk pemerintahan. Bao Dai setelah akhir dari perang periode pertama, dia menghabiskan waktu di Perancis. Pada 1954, Bao Dai memanggil Ngo Dinh Diem, seorang yang sangat taat terhadap agama Katolik dan sangat anti komunis. Bao Dai menawarkan jabatan perdana menteri untuknya. Pada masa Diem Vietnam Selatan melakukan berbagai kebijakan yang sangat anti komunis, setelah Perjanjian Jenewa, Diem mulai menentang Bao Dai. Pada Oktober 1955 dengan dukungan Amerika ia merancang referendum yang menurunkan Bao Dai dari tampuk kekuasaan dan mendirikan Viet Nam Cong Hoa (Republik Vietnam).[15]
Dengan referendum ini menjadikan Diem sebagai presiden pertama Republik Vietnam, di samping itu, Amerika makin masuk secara langsung menggantikan Perancis ke dalam kancah politik Vietnam, guna menghalau pergerakan komunis Vietnam. Amerika sangat khawatir terhadap pengaruh komunis, dengan Teori Domino yang dikeluarkan oleh Amerika membuat mereka semakin khawatir, inti dari toeri itu adalah apabila Vietnam menjadi komunis maka Asia Tenggara seluruhnya akan menjadi komunis, lalu Amerika mengajak para sekutunya untuk membentuk suatu pakta pertahanan, setelah melalui berbagai perundingan. Inggris dan Amerika sepakat mendirikan pakta pertahanan di Manila yang di sebut dengan South-East Asian Treaty Organization (SEATO).
Diem pada awal pemerintahnnya mendapat berbagai dukungan, dia berhasil menghancurkan musuh-musuhnya yang dianggap berbahaya. Amerika mendukung pemerintahnya dengan berbagai dana yang telah disediakan termasuk dalm bidang militer. Amerika melakukan pemboman di wilayah Vietnam Utara guna mencegah pasukan Minh masuk ke dalam Vietnam Selatan dan melatih pasukan Vietnam Selatan.
Di Vietnam Utara, Minh dengan konsep penyatuan seluruh Vietnam terus mempropagandakan ideologinya selain menyusupkan pasukan Vietminh yang menjelma menjadi Vietkong untuk melakukan perlawanan di Vietnam Selatan, Vietkong terus bergerak melakukan penyerangan-penyerangan walaupun berhasil dihalau oleh pasukan Diem. Minh membujuk Vietnam Selatan untuk menyelanggarakan pemilu sesuai dengan Perjanjian Jenawa, namun hal itu ditolak oleh Diem, bahkan dia menuding bahwa Vietnam Utara telah menyusupkan pasukan komunis kedalam negaranya. Akibatnya Hanoi mendukung pembentukan Front Nasional Untuk Pembebasan Vietnam Selatan (FNPVS).
Melihat keadaan ini Amerika melipat gandakan bantuannya, dengan alasan untuk mempertahankan kebebasan dan kemerdekaan, Diem secara militer dapat menguasainya namun tidak dalam politik.
Semakin terlihat berbagai pergerakan dan protes yang muncul menentang Diem, hal ini di sebabkan caranya dalam menangani masalah dengan kekuatan militer. Pada bulan Mei 1963, ketengan antara para biksu Budhis dan pemerintah muncul ke permukaan, lantaran Ngo Dinh Diem tidak menindak tegas orang Katolik yang melanggar peraturan pengibaran bendera. Sewaktu di sejumlah kuil Budhis didapati persediaan senjata dan bahan peledak, Diem memaklumkan Vietnam Selatan dalam keadaan bahaya (Agustus 1963) dan menahan beberapa tokoh pemberontakan. Walaupun gerakan ini didalangi oleh seorang biksu yang berhalauan komunis, tetapi pers Barat memojokkan Ngo Dinh Diem. Akhirnya dinas Intelijen AS (CIA) menyatakan bahwa Diem dan Nhu harus disingkirkan.[16]
Vietnam Utara terus menyokong berbagai dukungan terhadap pergerakan perlawanan terhadap anti Dien, sementara itu Dien kehilangan dukungan dari berbagai kalangan termasuk Amerika, hal ini membuat pasukan yang tergabung kedalam FNPVS dengan leluasa bergerak di Vietnam Selatan. Akhirnya pada 2 November 1963  Dien ditembak mati.
Antara 1963 dan 1967 Vietnam Selatan memiliki serangkaian pemerintahan militer yang sejalan dengan jatuh bangunnya berbagai kelompok perwira. Stabilitas meski hanya dalam batas terentu tercapai pada 1967 dengan terpilihnya Jenderal Nguyen Van Thieu sebagai presiden dan Jenderal Nguyen Cao Ky sebagai wakil prsiden.[17]
Namun para penerus pemerintahan ini tidak lebih kuat dari pada pemerintahan Ngo Dinh Diem bahkan sebaliknya. Hal ini yang memaksa Amerika turun tangan langsung untuk mengendalikan keadaan yang semakin kacau, disamping itu, pergerakan Vietkong telah berhasil menduduki beberapa kantong-kantong militer Vietnam Selatan.
Sekarang, Amerika menggunakan kebijakan dua-arah yaitu menggunakan pasukan tempur di Selatan dan melakukan kampanye pemboman di kawasan Utara.[18] Tidak hanya itu Amerika juga membentuk Tentara Republik Vietnam atau Army of the Republic of Vietnam (ARVN). Sejak pendaratan marinir pertama kalinya pada awal 1965, jumlah tentara Amerika bertambah dengan cepat hingga mencapai 500.000 pada akhir 1967.[19]
Namun kedatangan pasukan ini nyaris tidak memberikan hasil, bahkan membuat masalah baru, dengan datangnya ribuan pasukan memberikan dampak terkikisnya budaya yang dianut oleh masyarakat, ini yang sangat  tidak disenangi selain mengganggu pada sektor ekonomi. Dampak lainnya bahkan makin memperbanyak penduduk yang memihak kepada Vietkong. Vietkong bekerja sama dengan FNPVS dan dukungan penuh dari Hanoi membentuk Angkatan Bersenjata Pembebasan Rakyat, serta terus mempercepat ruang gerak mereka dalam melakukan serangan gerilya terhadap musuh.
Amerika menyebut perang itu sebagai perang melawan invasi dan subversi tehadap Vietnam Selatan. Sebaliknya, Vietnam Utara menyebutnya sebagai perang pembebasan nasional, karena bermaksud untuk membebaskan daerahnya yang masih dikuasai imperialis dan kaki tangannya.[20]
Pasukan Amerika tidak mampu menghadapi serangan demi serangan yang dilancarkan oleh pasukan gerilya Vietkong, ini karena pasukan Amerika tidak mampu menguasai medan pertempuran yang sangat rumit beserta dengan berbagai perangkap lawan dan tidak mampu membedakan antara tentara Vietkong dan FNPVS dengan rakyat biasa. Ditambah lagi dengan berbagai penyakit yang terus menyerang pasukan Amerika menyebabkan turunnya moral pasukan dengan kondisi yang sangat menggenaskan. Serta tidak sedikit dari mereka yang dipulangkan karena mengalami gangguan jiwa akibat tekanan yang dihadapi.

2.4. Akhir Dari Perang Vietnam
Pada 1968 partai melancarkan serangan Tet (Tahun Baru Imlek) yang terkenal dengan menyerbu fasilitas-fasilitas Amerika dan Vietnam Selatan di seluruh pelosok negeri.[21] Pada akhir 1960-an kemenangan tetap susah diraih rezim Vietnam Selatan dan sekutu Amerikanya. Amerika Serikat pelan-pelan mulai mencari jalan keluar.[22] Seperti telah diungkapkan sebelumnya[23] bahwa berbagai kendala yang tidak dapat dihadapi oleh pasukan Amerika membuat negara adi daya ini mencari jalan keluar.
Strategi ‘Vietnamisasi’ Richard Nixon berbuntut pemulangan prajurit pertama kalinya pada 1969. Alasannya, beban pertempuran secara bertahap tetapi terus-menerus akan diserahkan pada ARVN.[24] Namun dibelakang itu adalah cara politik yang dijalankan Amerika guna menutup reputasi buruk mereka di mata dunia. Selanjutnya inisiatif untuk melakukan perundingan mulai dijalankan. Segmen utama pembicaraan damai ini dimulai pada 1970 dan berlarut-larut selama lebih dari dua tahun sebelum berujung Perjanjian Perdamaian Paris di awal 1973.[25]
Setelah perjanjian ini, maka Amerika mulai menarik secara bertahap pasukannya. Hilangnya penyokong utama Vietnam Selatan dalam menghadapi komunis membuat mereka lemah dan tidak mampu berkutik. Vietnam Utara tidak menyia-nyiakan kesempatan mereka dalam mewujudkan cita-citanya untuk menyatukan Vietnam. Serangan demi serangan terus dilancarkan, pemerintahan Vietnam Selatan terus surut dengan berbagai kekacauan yang dihadapi. Para pemimpin Vietnam terus mengharapkan bantuan yang tidak mungkin lagi diberikan oleh Washington kepada mereka. Di samping itu, pasukan Vietkong terus melebarkan sayapnya di Vietnam Selatan. Pada awal 1975 pasukan revolusiner mulai melakukan serangan final yang berubah menjadi kekalahan telak bagi ARVN. Aksi mengerucut pada jatuhnya pemerintahan Vietnam Selatan pada April 1975.[26]
Perang yang dilakukan Vietnam Utara dilengkapi dengan perang ideologi, ekonomi, politik, teknologi, sosial-budaya, dan psikologis.[27] Perang Vietnam yang berkepanjangan ini juga tidak kalah dari pengaruh Perang Dingin yang dijalankan oleh dua negara  adi daya baru yaitu Amerika Serikat dan Uni Soviet yang keluar sebagai salah satu pemenang dalam Perang Dunia II bersama sekutunya. Vietnam merupakan salah satu dari sekian banyak negara yang menjadi korban Perang Dingin.
Dengan hilangnya Amerika dalam Perang Vietnam maka berkhirlah perang ini. Karena itu pada bulan Mei 1974 Vietnam Selatan jatuh ke tangan Vietnam Utara, dan pada tanggal 25 April 1976 di seluruh Vietnam diadakan pemilihan umum yang menghendaki bersatunya seluruh Vietnam (reunivikasi Vietnam), sehingga terbentuklah Republik Sosialis Vietnam dengan ibukota Hanoi.[28]



BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
            Setelah membahas Perang Vietnam maka dapat kita simpulkan pokok-pokok dari pembahasan di atas sebagai berikut :
1.      Perang Vietnam berlangsung selama 1945 sampai dengan 1975.
2.      Tokoh utama dalam perang ini adalah Ngho Dinh Diem dan Hoe Chi Minh.
3.      Negara-negara pendukung blok tertentu dalam perang ini yaitu :
a.       Amerika Serikat, Inggris, dan Perancis menjadi negara yang menyokong Vietnam Selatan.
b.      Uni Soviet atau Rusia dan Cina menjadi negara penyokong Vietnam Utara.
4.      Akhir dari perang ini di awali dengan Perjanjian Jenawa.
5.      Dampak dari perang ini adalah bersatunya Vietnam dalam ideologi komunis.


DAFTAR PUSTAKA

Rengganis, Ratna. (2013). Sosok di Balik Perang. Jakarta Timur: Raih Asa              Sukses.
Ricklefs, et.al. (2013). Sejarah Asia Tenggara. Diterjemahkan oleh: Komunitas      Bambu. Jakarta: Komunitas Bambu.
Wiharyanto, A Kardiyat. (2012). SEJARAH ASIA TENGGARA: Dari Awal            Tumbuhnya Nasionalisme Sampai Terbangunnya ASEAN. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.






[1] Mencakup wilayah Vietnam, Kamboja, dan Laos sekarang.
[2] M. C Ricklefs, et al, Sejarah Asia Tenggara. Terj: Tim Komunitas Bambu, Jakarta:Komunitas,        2013, hlm. 446.
[3] Ibid.
[4] Ibid, hlm. 565.
[5] Ratna Rengganis, Sosok di Balik Perang, Jakarta Timur: Raih Asa Sukses, 2013, hlm. 7.
[6] Ibid, hlm. 11.
[7] Ibid, hlm. 13.
[8] Ibid, hlm. 17.
[9] A Kardiyat Wiharyanto, Sejarah Asia Tenggara, Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma, 2013, hlm. 86-87.
[10] Ibid, hlm. 73.
[11] Ricklefs, op. cit. hlm. 571.
[12] Ibid, hlm. 572.
[13] Ibid
[14] Ibid, hlm. 573.
[15] Ibid, hlm. 575.
[16] Wiharyanto. Op. cit, hlm. 87.
[17] Ricklefs. Op. cit, hlm. 578.
[18] Ibid, hlm. 579
[19] Ibid.
[20] Wihayanto. Op. cit, hlm. 88.
[21] Riklefs. Op. cit, hlm. 580.
[22] Ibid, hlm. 581.
[23] Baca halaman 13
[24] Riklefs. Op. cit, hlm. 581.
[25] Ibid.
[26] Ibid.
[27] Wiharyanto. Op. cit, hlm. 88.
[28] Ibid.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar