Kamis, 26 Maret 2015

TIMUR TENGAH PASCA PD II

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
            Benua Asia terdiri dari berbagai bagian dan di dalam bagian terdiri dari berbagai negara. Pada kesempatan kali ini kita akan membahas secara garis besar tentang Asia Barat dan mengkhususkan pada kondisi Asia Barat atau Timur Tengah setelah Perang Dunia II.
            Kawasan Timur Tengah sangat identik dengan Islam, dalam sejarahnya kawasan ini merupakan kawasan yang sangat kaya akan sejarah. Kawasan Asia Barat dinamakan sebagai middle east oleh tokoh barat. Sejarah juga telah mengungkapkan bahwa kawasan ini tidak pernah berhenti mengalami pergolakan yang menjurus pada kekerasan.
            Para ilmuan meramalkan bahwa nantinya Perang Dunia III akan berawal dari Timur Tengah. Berbagai peperangan silih berganti dari tahun ke tahun. Dengan tema yang berbeda-beda, banyak di antara kita telah bosan mendengar isu-isu Timur Tengah yang selalu dekat dengan kekerasan.
            Perang Dunia II telah berakhir, namun peperangan di kawasan ini tidak pernah berakhir sampai sekarang. Beberapa para pengamat sepakat, penyebab dari peperangan yang tiada akhir ini karena pengaruh-pengaruh barat yang datang dan mempengaruhi kawasan ini.
            Pasca Perang Dunia I, kawasan Timur Tengah dibagi-bagikan kepada pihak pemenang perang. Berakhirnya Perang Dunia II dengan kemenangan di pihak sekutu membuat lawan dari sekutu yaitu poros harus mengikuti kemauan sekutu. Dampaknya adalah menguatkan posisi bangsa Eropa termasuk Amerika Serikat dalam menguasai kawasan-kawasan di Timur Tengah, sebelumnya mereka amat terganggu dengan kekuatan negara-negara Fasis yang berusaha menyaingi pengaruh mereka di Timur Tengah.

1.2. Rumusan Masalah
1.      Bagaimana kondisi bangsa Arab pasca Perang Dunia II ?
2.      Apa dampak Perang Dunia II terhadap bangsa Arab ?
3.      Bagaimana peran bangsa Arab dalam menyikapi Perang Dingin ?

1.3. Manfaat dan Tujuan
1.      Memberikan penjelasan yang terkait dengan kondisi pasca Perang Dunia II di kawasan Asia Barat.
2.      Menambah pemahaman tentang sejarah Asia Barat.
3.      Memenuhi tugas mata kuliah Asia Barat.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Kondisi Timur Tengah Setelah Perang Dunia II
Pasca Perang Dunia II. Kekuatan dunia mulai beralih, lahirnya Amerika Serikat dan Uni Soviet sebagai kekuatan baru dunia. Untuk bisa menanamkan pengaruhnya di kawasan Timur Tengah, Amerika Serikat dan Uni Soviet mendorong kemerdekaan negeri-negeri Islam. Konflik berikutnya berbentuk persaingan antara Amerika Serikat, Uni Soviet, dan negara-negara penjajah lama seperti Inggris, dan Prancis. Amereka Serikat dan Uni Soviet kemudian menggunakan semangat kemerdekaan dan anti penjajahan tersebut untuk menggusur pengaruh Inggris dengan mengganti rezim-rezim boneka mereka. Terjadilah berbagai kudeta yang dilakukan oleh agen-agen Amerika Serikat di Timur Tengah antara lain: Raja Idris di Libya yang pro Amerika Serikat dikudeta oleh Khadafi yang dekat dengan Inggris; Raja Farouk (pro Inggris) di Mesir dikudeta oleh Gamal Abdul Nasser (pro Amerika Serikat); Raja Faisal (pro Inggris) di Irak dikudeta oleh Abdul Karim Kassim dalam sebuah revolusi tahun 1958.
Persaingan antar negara Imperialis untuk mendudukkan agen-agen boneka mereka jelas menimbulkan berbagai gejolak di Timur Tengah yang tiada henti-hentinya. Hal ini memperjelas bahwa justru Imperialisme baratlah yang menyebabkan krisis berkepanjangan di Timur Tengah hingga sekarang.
Muncul pula persaingan Blok Komunis yang dipimpin oleh Uni Soviet dan Blok Kapitalis yang dipimpin oleh Amerika Serikat, selama era Perang Dingin. Negara-negara di Timur Tengah kembali menjadi sasaran rebutan kedua kubu. Lebanon, Yordania, Maroko, Tunisia, Arab Saudi, dan Kuwait cenderung ke Blok Barat. Beberapa pihak seperti Irak, Suriah, dan Yaman Selatan memiliki hubungan yang erat dengan Uni Soviet. Namun demikian, aliansi seperti ini lebih bersifat pragmatis, karenanya akan cenderung berubah-ubah.
Strategi penting lain yang dilakukan oleh negara-negara imperialis ini adalah menciptakan Negara Israel di bumi Palestina. Sebagai penguasa awal di Palestina, Inggris memiliki kepentingan besar untuk mendukung berdirinya negara Israel di Palestina. Keberadaan negara Isreal jelas akan menimbulkan konflik dan ketidakstabilan yang terus-menerus di Timur Tengah. Krisis tersebut jelas akan menyedot energi dan dana dari umat Islam. Hal ini bisa mengalihkan kaum Muslim dari upaya memikirkan kembali penegakkan Daulah Khilafah yang dibubarkan tahun 1924.
Krisis ini juga dimanfaatkan oleh kelompok-kelompok nasionalis Arab untuk kepentingan mereka. Penjajahan Palestina oleh Israel dijadikan faktor untuk membangkitkan sentimen nasionalisme Arab. Rezim Arab, yang merupakan bentukan penjajah barat, juga menjadikan isu Palestina sebagai alat untuk memperkokoh kedudukan mereka di mata rakyat Arab. Meskipun hanya retorika, terkesan rezim Arab tersebut membela Palestina.
Untuk mengalihkan krisis di Palestina ini dan persoalan umat Islam secara keseluruhan, dibentuklah PLO dalam Konferensi Liga Arab di Aljazair (1964). Persoalan Palestina kemudian diserahkan penyelesaiannya hanya kepada PLO. PLO merupakan rancangan Inggris. Hal ini tampak jelas dari syarat yang dibuat oleh Inggris.

2.2. Perkembangan Timur Tengah Pasca Perang Dunia II
            Tulisan di atas telah menjelaskan bagaimana kondisi Timur Tengah setelah Perang Dunia II. Sekarang kita akan melihat perkembangan secara lebih khusus dari dampak Perang Dunia II.
            Seusai perang, kawasan Timur Tengah mengalami berbagai pergolakan karena berbagai faktor internal maupun eksternal, ditambah lagi dengan Perang Dingin yang menyeret kawasan ini masuk kedalamnya.
1.      Persaingan Bangsa Barat dan Amerika Dalam Mempengaruhi Timur Tengah
Setelah berakhirnya perang maka mulailah blok sekutu mengatur kembali pengaruhnya di kawasan Timur Tengah. Para penanam pengaruh senior di Timur Tengah adalah Perancis dan Inggris, sedangkan kekuatan baru yang mencoba menentang dominasi mereka adalah Amerika Serikat dan Uni Soviet.
Perebutan pengaruh ini di sebabkan oleh berbagai faktor, namun faktor yang sangat esensial adalah kawasan Timur Tengah yang sangat strategis, menghubungkan seluruh kawasan di dunia, dan kawasan ini merupakan ladang minyak terbesar di dunia.
Amerika Serikat dan Uni Soviet mencoba untuk menyaingi pengaruh Inggris dan Prancis, di bidang politik mereka mengeluarkan gagasan-gagasan menentang politik kolonial yang di anut oleh bangsa Inggris dan Perancis, mengkampanyekan Demokrasi, memberikan suatu konsep baru terhadap Nasionalisme, menekankan hak-hak manusia yang tertindas, selanjutnya di bidang ekonomi, mereka menawarkan berbagai bantuan kerja sama yang mengikat negara-negara di kawasan Timur Tengah dengan para donatur, sehingga menciptakan sistem penjajahan baru, berbagai perusahaan dibangun, ratusan investor menanamkan modalnya di kawasan ini yang menyebabkan penduduk kehilangan mata pencaharian mereka dalam negeri sendiri.
Di samping itu sangat banyak para tokoh-tokoh Timur Tengah yang dibohongi dan dibunuh oleh intelijen-intelijen barat, Amerika dan kawan-kawanya takut bila tokoh ini dapat menghancurkan pengaruh yang sedang mereka bangun di kawasan ini. Salah satu contoh yang dapat kita ambil adalah Hassan Al-Banna, seorang tokoh pembaharu Islam yang ingin menyatukan seluruh masyarakat Islam di bawah naungan Ikhwanul Muslimin, yang merupakan suatu organisasi yang ingin menyatukan Islam dengan kembali kepada Al-Quran dan Sunah rasul. Ide-ide yang di suarakan jelas sangat bertentangan dengan ide-ide bangsa barat, sehingga pada 1949 dia disingkirkan. Dalam buku Risalah Pergerakan Ikhwanul Muslimin dikatakan :
Kaum imperialis beserta boneka-boneka mereka selanjutnya menyusun sebuah konspirasi besar untuk membunuh Hasan Al-Banna. Di tengah hiruk pikukkota Kairo, tepatnya di depan kantor “Asy-Syubbanul Muslimun”. Sekelompok orang tak dikenal memuntahkan peluru makar mereka, setelah itu mereka berlari menghilang. Dengan tenaga masih tersisa beliau membopong tubuhnya ke rumah sakit, namun tak seorang dokter pun bersedia menangani luka parah beliau. (Matta.2005)
Persaingan memperebutkan pengaruh, Amerika dan Uni Soviet menjadi negara pelopor pembentukan kembali sistem pemerintahan di Timur Tengah terutama dalam bidang ekonomi dan politik. Hal ini bertalian dengan Perang Dingin. Dalam kalimat di atas telah dijelaskan bahwa kawasan ini terbagi dalam dua kelompok, antara negara yang pro terhadap Uni Soviet dan Pro terhadap Amerika. Dalam kasus ini peristiwa kudeta dan mengkudetakan dalam suatu negara sangat sering terjadi, karena adanya dorongan dari pihak asing untuk melakukan kudeta dengan mendapatkan dukungannya, sampai sekarang peristiwa kudeta dalam sebuah pemerintahan di kawasan Timur Tengah masih sangat sering terjadi, atas peristiwa ini bangsa barat harus bertanggung jawab.
Amerika menjadi yang paling dominan. Di karenakan Uni Soviet mengalami krisis ekonomi, sehingga Soviet tidak mampu lagi menyokong negara-negara yang pro terhadap Komunis. Sampai sekarang Amerika dengan leluasa menanamkan pengaruhnya di kawasan Asia Barat dengan para pengikutnya dari bangsa barat.
2.      Liga Arab
Liga Arab adalah sebuah organisasi yang terbentuk pada 1945, latar belakang terbentuknya liga ini adalah Inggris yang pada saat itu semakin sadar bahwa dalam bangsa Arab mulai tumbuh Pan-Arabisme, untuk menampung seluruh aspirasi mereka menentang Kerajaan Turki Ottoman dan agar Inggris mendapat dukungan dari bangsa Arab maka Inggris berjanji setelah berakhirnya Perang Dunia I akan di bentuknya sebuah wadah yang menyatukan orang Arab.
Namun setelah perang berakhir jajnji Inggris tidak kunjung direalisasikan. Malah menter luar negeri Inggris mendukung pembentukan negara Israel, melalui Deklarasi Balfour pada 1917. Menjelang Perang Dunia II, Inggris berusaha mencari dukungan dari tokoh Timur Tengah, kenyataannya sangat sedikit dari tokoh ini yang tertarik pada tawaran Inggris.
 Keadaan yang semakin mendesak memaksa para tokoh Timur Tengah mendukung Inggris, namun agar Inggris menepatinya janjinya diajukanlah sebuah proposal untuk membentuk suatu wadah yang nantinya akan memperjuangkan kepentingan bangsa Arab. Mesir adalah negara pelopor gerakan ini.
Selain itu negara-negara pertama yang berperan penting dalam pembentukan Liga Arab adalah Arab Saudi, Yordania, Irak, Suriah, Libanon, Yaman. Peran Liga Arab di Timur Tengah tidak begitu berhasil, mereka gagal dalam menghadapi tantangan Yahudi yang disokong oleh Amerika.
3.      Masalah Israel
Israel adalah suatu negara yang berada di kawasan Timur Tengah hari ini. Dalam sejarah terbentuknya negara Israel, diungkapkan bahwa proses berdirinya negara ini sangat merugikan penduduk negeri Syam. Pada mulanya mereka mulai mengembangkan fantasi mereka atas hak tanah di Palestina.
Dilanjutkan oleh seorang tokoh Theodor Hertzel yang memperkuat ideologi Zionis. Hertzel barusaha dengan berbagai cara untuk mendapat dukungan dari berbagai pihak agar tanah di negeri Syam dapat diduduki oleh kaum Yahudi yang berada di diaspora.
Setelah dikuasainya negeri Syam oleh Inggris dan Prancis, dimulailah akar permasalahan yang mendasar, ditandai dengan keraguan Inggris untuk mendukung pihak Zionis atau pihak Muslim, Inggris berusaha mencocokkan dukungannya harus bersesuaian dengan kepentingannya.
Di tandai dengan deklarasi Balfour, Inggris menyetujui Yahudi mendiami wilayah Palestiana, sistem pemerintahan mulai dibangun dengan dukungan utama mereka Amerika dan Inggris. Terbentuknya negara ini membuat pemimpin negara-negara Arab geram.
Pada 1948, Israel mengumandangkan kemerdekaannya, dan di tahun tang sama mereka juga langsung diserbu oleh pasukan Arab yang sebelumnya menentang  berdirinya negara Israel. Namun dengan dukungan barat mereka berhasil mengahancurkan pasukan ini.
Pada 1956, terjadi nasionalisasi Terusan Suez, yang berlatar belakang pada penentangan terhadap berdirinya Israel. Mesir ditentang oleh PBB, terjadi penyerbuan terhadap Mesir, dan direbutnya beberapa wilayah Mesir.
Pada 1967, dikenal sebagai Perang Enam Hari, karena jalannya perang hanya dalam waktu enam hari, di latar belakangi oleh persekutuan Mesir dan Suriah untuk menentang Israel, selanjutnya dengan segera negara-negar Arab lainnya mendukung dan membuat sebuah aliansi Arab untuk menghancurkan Israel. Namun Israel dengan dukungan dari barat terutama Amerika juga dapat mengalahkan aliansi ini.
Dampak dari penyerangan ini membuat Nasionalisme yang dirasakan oleh penduduk Israel semakin besar. Dan Israel semakin kuat di antara para musuh. Penduduk Israel seperti dikutuk oleh tetangganya untuk mendiami kawasan ini. Selanjutnya di sisi lain, penduduk Palestina berbondong-bondong mengungsi akibat tanahnya telah diduduki oleh Yahudi. Mereka menyebar ke seluruh negara Muslim, terutama di Timur Tengah. Serta jatuhnya semangat moral dari pasukan Arab yang telah dikalahkan secara tidak wajar oleh bangsa yang baru saja berdiri.
Para pengamat sebagian berpendapat bahwa Perang Enam Hari merupakan suatu skenario yang dijalankan oleh pemimpin Arab, untuk menunjukkan kepedulian mereka terhadap Palestina.
Anwar Sadat terpilih sebagai pemimpin Mesir, selanjutnya ia berusaha menghentikan konflik yang telah berlarut-larut ini. Sadat mengajak Israel untuk melakukan perjanjian perdamaian pada 1978 yang dikenal dengan Perjanjian Camp David di Washington. Namun perjanjian ini harus dibayar dengan mahal.
Pertama, Mesir sebagai negara penggagas Liga Arab dikeluarkan dari organisasi ini, Mesir dianggap telah menyimpang dari kesepakatan Liga Arab, yaitu menentang Israel.
Kedua, Sadat harus merelakan nyawanya sendiri. Ia dibunuh saat merayakan kemenangan atas pencapaiannya, dalam buku Perang Suci (Amstrong.2011:500) dijelaskan:
Pada tanggal 6 Oktober 1981, Presiden Anwar Sadat memimpin pawai kemenangan untuk marayakan perang Oktober melawan Israel 1973. Tiba-tiba salahsatu truk keluar dari barisan, tepat di depan mimbar presiden, ketika Sadat melihat Letnan Pertama Khaled Islambouli meloncat dan lari ke arahnya, Sadat berdiri untuk menerima penghormatan itu. Kemudian seorang perwira kedua melemparkan sebuah granat tangan.
Selanjutnya PLO (Organisasi Pembebasan Palestiana), pada tahun 1993 dilanjutkan dengan Perjanjian Oslo, yaitu kesepakatan antara PLO dan Israel untuk berdamai secara permanen. Ini merupakan kelanjutan dari Perjanjian Camp David, yang gagal memecahkan masalah Palestina karena ketua PLO, Yasir Arafat tidak setuju dengan hak otonomi yang diberikan. Perjanjian Oslo menandai bahwa Israel telah mengakui PLO sebagai perwakilan dari Palestina yang dulunya dicap sebagai kelompok teroris.
Dan atas dasar kesepakatan perjanjian menjadikan bukti kuat bahwa PLO telah merobah sistem perjuangan mereka ke jalur perundingan, PLO pada awal pergerakannya sangat mengecam berbagai jenis perundingan negar-negara Arab dengan Israel, PLO hanya ingin berjuang dengan cara berperang, seperti halnya Intifadah.
Pada 28 September 1995, Yitzhak Rabin sebagai Perdana Menteri Israel dan Yasser Arafat ketua PLO menandatangani Kesepakatan Interim Israel-Palestina. Di bawah kesepakatan ini, para pemimpin PLO bisa kembali ke daerah pendudukan dan memberikan otonomi kepada bangsa Palestina. Imbalannya tetap sama, yaitu mengakui keberadaan Israel dan meninggalkan cara-cara kekerasan dalam perjuangan.
Namun, kesepakatan ini ditentang Hamas dan sejumlah faksi radikal Palestina yang siap melakukan perjuangan bersenjata, termasuk aksi bom bunuh diri di Israel demi membebaskan Palestina.
Sampai saat ini, kawasan Timur Tengah terus bergejolak baik secara langsung maupun tidak langsung. Amerika semakin leluasa memainkan perannya di pengaruh Israel. Israel dijadikan sebagai polisi patroli di kawasan Timur Tengah.





BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
            Setelah membahas berbagai peristiwa yang terkait Timur Tengah di era pasca Perang Dunia II, maka ada beberapa kesimpulan yang dapat kita sarikan sebagai berikut :
1.      Kawasan Timur Tengah adalah sebuah kawasan yang sangat strategis, dan kaya akan sumber alamnya, hal ini yang menyebabkan negara pemenang perang berlomba-lomba menanmkan pengaruh di Timur Tengah.
2.      Perang Dingin telah menyeret bangsa Arab kedalam kehancuran dan kemiskinan.
3.      Berdirinya negara Yahudi di Timur Tengah menyebabkan situasi kawasan ini menjadi semakin kacau. Dan sangat merugikan seluruh negara Arab.
4.      Akar pemicu konflik yang tiada habisnyadi kawasan ini dikarenakan sangat berakarnya pengaruh barat di kawasan Timur Tengah, terutama setelah berdirinya Israel.
5.      Permasalahan Palestina sangat rumit, negara yang harus bertanggung jawab dari permasalahan ini adalah Inggris, Prancis, Amerika Serikat, dan Uni Soviet atau Rusia saat ini, karena empat negara inilah yang pengaruhnya sangat kental di Timur Tengah.


DAFTAR PUSTAKA

Agha, Mahir Ahmad.(2005). Yahudi: Catatan Hitam Sejarah. Diterjemahkan         oleh: Indrayadi, Yodi. Jakarta: Qisthi Press.
Amstrong, Karen.(2011). Perang Suci. Cet.VII. diterjemahkan oleh: Darmawan,    Hikmat. Jakarta: PT SERAMBI ILMU SEMESTA.
Al-Banna, Hasan. (2005). Risalah Pergerakan Ikhwanul Muslimin. Diterjemakan   oleh: Matta, Anis, dkk. Solo: ERA INTERMEDIA.

Al-Adnani, Abu Fatiah. (2014). Juorney To Damascus. Jawa Tengah: Granada      Mediatama.

1 komentar:

  1. NULIS APA MABOK? KOK TENDENSIUS BANGET DAN GA ADA DASAR AKADEMISNYA. CUMAN BERDASARKAN KECURIGAAN TANPA DATA FAKTA ILMIAH. MAS ILMU PENGETAHUAN ITU NETRAL TIDAK MENGENAL SARA.

    BalasHapus