Tampilkan postingan dengan label Sejarah Amerika. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Sejarah Amerika. Tampilkan semua postingan

Jumat, 26 Januari 2018

PRESIDEN VENEZUELA HUGO CHAVEZ

BAB I
PENDAHULUAN
  1.1            Latar Belakang
            Venezuela merupakan negara yang terletak di  Amerika Selatan. Pasca kemerdekaan dari Spanyol, Venezuela menetapkan sistem pemerintahan Konfederasi. Memasuki akhir abad ke 20 perpolitikan di Venezuela mulai tidak stabil. Ketika Hugo Chavez memimpin suatu kedeta yang gagal terhadap pemerintahan yang sah di tahun 1992, menandakan situasi politik dalam negeri yang buruk. Hugo Chavez sebagai figur penentang pemerintahan pada saat itu berhasil memenangkan pemilu pada tahun 1998. Sejak kepemimpinannya, Venezuela menjadi isu politik krusial dalam dunia internasional. Hugo Chavez menginginkan suatu perubahan bagi bangsanya atau biasa disebut dengan revolusi sosial.
            Dalam beberapa surat kabar Hugo Chavez pernah dijuluki sebagai penentang utama Amerika Serikat di dunia internasional, bahkan dia pernah mengeluarkan kata-kata buruk untuk Presiden Amerika Serikat. Hal ini membuat hubungan kedua negara tak kunjung akur. Hugo Chavez sebagai pemimpin yang sangat kontroversi baik di negerinya maupun di mata internasional. Keinginannya mengubah Venezuela menjadi sosialis menjadi kenyataan dengan ditopang oleh ladang minyak, perbaikaan dalam berbagai hal juga dilakukan untuk memajukan bangsanya, diantaranya membangun rumah sakit dan pendidikan gratis guna menumpas buta huruf.
            Hugo sebagai sosok pemimpin yang fenomenal baik bagi negaranya maupun bagi dunia internasional.

  1.2            Rumusan Masalah
            Adapun beberapa pertanyaan yang ingin dijawab diantaranya:
                         1.2.1.      Apa yang membuat Hugo Chavez menjadi seorang pemimpin yang fenomenal?
                         1.2.2.      Bagaimana proses Hugo Chavez menjadi presiden Venezuela ?
                         1.2.3.      Bagaimana reaksi dunia atas kematian Hugo Chavez ?
  1.3            Tujuan
                         1.3.1.     Memenuhi tugas akhir perkuliahan mata kuliah Sejarah Amerika
                         1.3.2.     Menambah wawasan tentang negara Venezuela beserta pemimpinnya


BAB II
PEMBAHASAN
  2.1            Pemimpin Yang Fenomenal
            Hugo Chavez lahir di daerah Llanos dekat kota Sabaneta, negara bagian Barinas pada 28 Juli 1954. Hugo Chavez lahir di rumah neneknya, Rosa Inez Chavez, dimana rumahnya terbuat dari batu bata. Daerah Sabaneta sendiri merupakan daerah perbatasan dengan Kolombia yang kondisinya mirip dengan “Pedalaman Australia” berupa padang rumput luas dan kondisinya hampir sama dengan daerah perbatasan lainnya. Ibu Hugo Chavez, Elena Chavez de Frias, tinggal bersama suaminya, Hugo de Los Reyes Chavez, di sebuah desa yang lebih terpencil bernama Los Rastrojos berjarak dua mil dari Sabaneta. Mereka kemudian pindah ke Sabaneta yang memiliki bidan dan pelayanan kesehatan minimum untuk menyelamatkan anak mereka dari kematian. Kondisi kesehatan anak di pedesaan Amerika Latin pada saat itu sungguh memprihatinkan dimana setengah dari anak pedesaan di Amerika Latin meninggal sebelum mencapai usia lima tahun.
            Orang tua Hugo Chavez adalah guru sekolah dasar di luar kota kecil Sabaneta negara bagian Barinas. Ayahnya putus sekolah setelah tingkat enam yang merupakan hal biasa bagi masyarakat pedesaan miskin di Venezuela. Hal yang luar biasa adalah ia mampu kembali ke sekolah dengan menjadi guru sekolah dasar. Hugo Chavez mempunyai seorang kakak bernama Adan dan empat orang adik. Kedua orang tua Hugo Chavez bekerja keras untuk menyekolahkan mereka agar memperoleh pendidikan yang layak. Pendidikan yang diperoleh dapat digunakan untuk mengentaskan keluarga mereka dari kemiskinan. Suatu tujuan yang ingin dicapai kedua orang tua Hugo Chavez karena dengan gaji dua orang guru pun keluarga mereka masih tetap miskin. (Adrianto, 2012:30)
            Pada tahun 1974, Hugo Chavez mendapatkan kesempatan mengunjungi Peru saat perayaan 150 tahun kemerdekaan Peru dari Spanyol. Perjalanan itu dilakukan pada tahun terakhir Hugo Chavez di Akademi militer ketika ia cukup dewasa untuk memahami tentang sejarah dan realitas pemerintahan modern. Presiden Peru saat itu, Juan Velasco Alvarado (menjabat 1968-1975), memberikan tulisan tentang Revolusi Nasional Peru kepada para undangan. Tulisan tersebut sangat berharga bagi Hugo Chavez. Dia sangat mengagumi kekuatan rakyat dan militer Peru pada kunjungan tersebut.
            Hugo Chavez lulus dari akademi militer Venezuela pada bulan Juli 1975. Hanya 67 orang yang lulus dari 374 siswa pada saat diterima pertama kali.14 Dia berhasil meraih peringkat terbaik ketujuh dan mendapatkan pedang kehormatan dari Presiden Carlos Andres Perez.15 Sebagai letnan dua, Hugo Chavez ditempatkan di unit khusus yang bertugas menumpas pemberontakan. Unit ini dibentuk pada tahun 1960 dengan tujuan memerangi gerilyawan yang beroperasi dan berbasis di hutan. Letnan Chavez, panggilannya di militer, bergabung dengan unit Barinas yang dekat dengan keluarganya termasuk Mama Rosa yang tidak menyukai pilihan cucunya di militer. (Adrianto, 2012:33)
            Hugo Chavez adalah Presiden Venezuela mulai tahun 1999 sampai meninggal dunia tahun 2013. Sebelumnya ia merupakan ketua partai politik Gerakan Republik Kelima sejak didirikan tahun 1997 sampai 2007. Partai tersebut bergabung dengan beberapa partai lain dan membentuk Partai Sosialis Bersatu Venezuela (PSUV) yang ia pimpin sampai meninggal dunia. Karena memiliki paham politik Bolivarianisme dan "sosialisme abad ke-21", ia fokus menerapkan reformasi sosialis di negara ini sebagai bagian dari proyek sosial bernama Revolusi Bolivarian. Sepanjang masa kepemimpinannya, ia telah menerapkan konstitusi baru, mendirikan dewan demokrasi partisipasi, menasionalisasi sejumlah industri penting, meningkatkan anggaran kesehatan dan pendidikan, dan mengurangi tingkat kemiskinan secara besar-besaran.
            Hugo Chavez dikenal sebagai seorang pemimpin yang fenomenal di abad ke-21, ditandai dengan berbagai kebijakan dan kritikannya. Berbagai surat kabar sering memuat tentang kebijakan Hugo dengan julukan “Komandante”. Dalam sebuah forum PBB pada tahun 2006, Chavez menyebut presiden AS kala itu, George W Bush sebagai iblis. Dia dengan tegas mengatakan itu tanpa ada rasa takut sedikit pun. (News.detik.com).
            Selanjutnya, Hugo juga pernah mengkritik berbagai pemimpin bangsa lain karena dianggap tidak sesuai dengan paham yang dianut olehnya, dalam surat kabar Detik bahkan membuat sebuah topik dengan tema “6 Pernyataan Kontroversial Sang \'Komandante\' Hugo Chavez” salah satunya adalah kutipan di atas. Untuk kedua kalinya presiden Amerika Serikat mendapat hinaan oleh Hugo pada masa Barrack Obama, hal ini membuat hubungan kedua negara tak kunjung membaik sejak pemerintahan Hugo yang begitu keras menentang imperialisme Amerika Serikat di Amerika Latin.
            Hugo Chavez sangat bermusuhan dengan pemerintah Amerika Serikat yang dia percaya bertanggung jawab atas kudeta 2002 yang gagal terhadap dirinya. Hugo Chavez juga keberatan dengan perang di Irak, menyatakan keyakinannya bahwa Amerika Serikat telah menyalahgunakan kekuasaannya dengan memulai upaya militer. Dia juga menyerukan Amerika Serikat di bawah kepemimpinan Presiden George W. Bush sebagai imperialis jahat. Hubungan antara Amerika Serikat dan Venezuela telah tegang selama beberapa waktu. (Rino, 2014:7), Hugo menganggap keterpurukan negaranya disebabkan oleh sistem ekonomi kapitalis yang berasal dari Amerika Serikat, maka sudah tidak heran ketika sikap Komandante mendukung seluruh pemimpin dunia yang menentang Amerika.
            Pamor dari presiden Venezuela ini terus naik terutama ketika memenagi  referendum diikuti dengan dukungan dari tokoh nasionalisme Kuba yaitu Fidel Castro seperti yang dikutip dari surat kabar Detik “Kemenangan Presiden Venezuela Hugo Chavez dalam referendum mendapat sambutan hangat dari mantan pemimpin Kuba Fidel Castro. Sebagai sesama kaum sosialis, Castro menganggap kemenangan Chavez sebagai awal bagi masa depan bersama.”
            Pada saat Ahmadinejad memimpin Iran, Venezuela dan Iran sepakat membentuk sebuah aliansi guna menentang seluruh kebijakan kapitalis yang identik dengan Amerika Serikat. Kemesraan kedua pemimpin ini terus meramban hingga ke perdagangan minyak di mana  kedua negara merupakan penghasil minyak dunia. Di saat terjadi penggulingan terhadap presiden Libya Muammar Qadafi, Hugo juga mengirimkan dukungan terhadap Libya.
            Hugo adalah seorang sosok yang sangat di cintai oleh rakyatnya dan dia merupakan seorang orator, bahkan dia pernah menyatakan pidatonya sebagai obat tidur bagi anak-anak Venezuela yang mengalami insomnia. Saat berkunjung ke Suriah di depan presiden Anwar Sadat dia mengutuk Israel, tak cukup sampai di situ Komandante juga menjelek-jelekan pemimpin Israel. Apa yang dilakukan oleh Hugo menjadi trending topik di berbagai media massa.

  2.2            Kegagalan Kudeta dan Menjadi Presiden
            Pada abad ke-20 hingga memasuki akhir abad ke-20, Venezuela merupakan negara Amerika Latin yang menerapkan sistem perkonomian pasar bebas. Tidak sedikit dari perusahaan Venezuela berada di  tangan swasta, namun hal ini tidak kunjung merubah nasib rakyat, masih sangat banyak rakyat Venezuela yang berada di bawah garis kemiskinan. Hasil utama dari Venezuela adalah minyak bumi, semua anggaran belanja negara berpatokan pada penjualan minyak, dengan pejabat yang korup dan kehidupan yang buruk membuat rakyat sadar bahwa mereka telah dijajah oleh sistem kapitalis Amerika Serikat yang pada masa ini mendominasi kegiatan ekonomi Venezuela.
            Pada 18 Mei 1989 terjadi pemogokan umum untuk memprotes kebijakan ekonomi pemerintah. Pada bulan Juni 1990, kerusuhan disertai dengan kekerasan berlangsung memprotes kenaikan harga bensin. Maret 1991 terjadi kekerasan yang berujung dua orang siswa tewas akibat konfrontasi dengan polisi ketika berunjuk rasa memprotes tingginya biaya hidup. Pada November 1991 polisi membunuh tiga orang pada saat demonstrasi di Caracas, Desember 1991 kegiatan di sekolah tinggi dan universitas dihentikan sebagai protes yang disebabkan oleh kematian 10 orang demonstran oleh polisi.
            Kondisi ini merupakan kesempatan baik untuk melakukan kudeta. Pada tanggal 4 Februari 1992, Letnan Kolonel Hugo Chavez memimpin 17 unit batalion militer Angkatan Darat yang berada di kota Maracaibo, Valencia, Maracay, dan Caracas untuk melawan pemerintah. Kudeta tersebut akhirnya gagal, Hugo Chavez kemudian ditangkap dan dipenjarakan. Sebelum ditangkap, melalui siaran televisi selama lima belas menit, dia menyatakan bertanggung jawab penuh terhadap kudeta tersebut dan menyerukan kepada rekan-rekannya untuk menyerahkan diri. Siaran televisi tersebut menaikkan popularitasnya di mata rakyat Venezuela. (Andrianto, 2012:55).
            Pada bulan Juli 1998, Hugo Chavez dan kawan-kawannya membentuk partai politik resmi yang dinamakan MVR (Movimiento Quinta Republica) atau “Pergerakan Republik Kelima”. Dinamakan demikian karena dalam sejarah Venezuela telah memiliki empat republik. Dua terbentuk pada tahun 1811 dan 1813 selama perang kemerdekaan, ketiga yang mencakup “Gran Kolombia” di tahun 1819, dan yang keempat didirikan tahun 1830. Deklarasi MVR menyatakan: “Misinya adalah untuk mengamankan umat manusia dalam komunitas nasional, memuaskan apirasi individu dan kolektif rakyat Venezuela, dan menjamin kondisi kemakmuran yang optimal bagi bangsa.
            Pada Desember 1998, pemilihan presiden dilakukan kembali di Venezuela.
Hugo Chavez mencalonkan diri sebagai presiden. Tampilnya Hugo Chavez selaku tokoh beraliran ’kiri’ menjadi Presiden Venezuela telah membuka jalan bagi kontrol dan kepemilikan saham negara—yang meningkat luar biasa—atas sumberdaya alam dan industri-industri besar. Nasionalisasi sudah dilakukan terhadap perusahaan telekomunikasi, baja, semen, listrik dan sektor perbankan. Pemerintah Venezuela terus meningkatkan kontrol terhadap pilar-pilar utama ekonomi dan meningkatkan aturan menyangkut harga pangan. Langkah-langkah ini, berbarengan dengan peningkatan pengeluaran untuk pelayanan sosial dan infrastruktur, memungkinkan Venezuela melindungi rakyat kecil dari kekacauan perekonomian dunia kapitalis. Perubahan di Venezuela kemudian menyebar ke berbagai negara di sekitarnya. Hal ini ditandai kemenangan sejumlah tokoh ‘kiri’ dalam pemilu di sejumlah negara Amerika Latin lainnya.
            Presiden Hugo Chavez mengumumkan serangkaian tindakan yang bertujuan merangsang pertumbuhan ekonomi dengan mengeluarkan Undang-undang Reformasi Kepemilikan Tanah yang menetapkan bagaimana pemerintah bisa mengambil alih lahan-lahan tidur, tanah milik swasta, serta mengeluarkan Undang-Undang Hidrokarbon yang menjanjikan royalti fleksibel bagi perusahaan-perusahaan swasta yang mengoperasikan tambang minyak milik pemerintah. Chaves juga mengumumkan akan mengambil langkahlangkah ekonomi drastis antara lain berupa pematokan mata uang Venezuela pada Dollar AS serta kontrol harga dan penjualan mata uang asing untuk membantu perekonomian, yang terpukul oleh pemogokan nasional selama 63 hari. Selain itu, dalam sebuah pidatonya yang disiarkan televisi ke seluruh negeri, Chaves juga mengumumkan bahwa Venezuela telah meningkatkan produksi minyak mentahnya menjadi 1,9 juta barrel sehari, dan berangsur-angsur naik menuju produksi normalnya sebelum pemogokan yang besarnya 2,8 juta barrel setiap hari. (Ma’arif:2012:10)
            Di bawah kepemimpinan Chavez Venezuela mampu bangkit dari keterpurukan hali ini terlihat dari majunya ekonomi negara ini menjadi nomor empat di Amerika Latin. (Kasmad, 2013). Kerjasama antara perusahaan transportasi Venezuela yaitu Metro de Caracas dengan Konsorsium CSM Spanyol untuk proyek pembuatan jalur kereta di Caracas dijadikan salah satu Strategi Spanyol untuk menaikkan penjualan produk-produknya dalam hal bahan maupun alat untuk infrastruktur.
            Keberhasilan dalam bidang pendidikan juga mendapat hasil yang besar. Di bidang pendidikan, revolusi secara nyata telah menghasilkan capaian-capaian besar karena pada dasarnya cita-cita revolusi adalah melahirkan hubungan sosial dan menciptakan masyarakat baru yang berpengetahuan sehingga dapat memahami kontradiksi alam dan kontradiksi sosial, serta aktif terlibat dalam partisipasi sosial politik untuk bersama-sama meraih tujuan hidup manusia.
            Pentingnya pendidikan disadari betul oleh Hugo Chavez dan para pendukungnya. Singkatnya, hasilnya misalnya, adalah didirikannya 3000 sekolah Bolivarian yang baru, memasukkan 1,5 juta rakyat ke sekolah-sekolah gratis, program ini adalah yang pertama kali dalam 102 tahun. Menetapkan sistem pendidikan tinggi gratis, mendirikan Universitas Simon Bolivar, untuk mayoritas rakyat miskin yang selama ini menganggap pendidikan tinggi adalah barang mewah (rakyat miskin mendapat buku teks pelajaran gratis, transportasi ke Universitas gratis, makanan gratis). Mahasiswa dan staff Universitas juga bekerja bersama secara demokratis untuk membuat kurikulum (Mission Robinson I, Mission Robinson II Mission Ribas dan Sucre).
            Kebijakan Hugo Chavez yang berlangsung di Venezuela dan kerjasamanya dengan beberapa negara lain di Amerika Latin seperti Kuba dan Bolivia tentu saja sangat bertentangan dengan kebijakan-kebijakan dalam “Washington Consensus“. Seperti halnya melipat gandakan anggaran sosial, yang oleh IMF disebut sebagai pemborosan, nasionalisasi perusahaan-perusahaan yang menyangkut hajat hidup orang banyak, yang oleh IMF dianjurkan untuk diprivatisasi, aturan-aturan ketat bagi investasi dan liberalisasi, serta pajak progesif, yang oleh IMF dianjurkan untuk dibuat fleksibel dan bebas.






BAB III
PENUTUP
  3.1            Kesimpulan
            Selama 14 tahun di bawah pemerintahan Hugo Chavez hubungan diplomatik Venezuela dan Amerika tidak berlangsung baik. Keduanya pun tak punya perwakilan Duta Besar. Namun, kini Venezuela di bawah kepemimpinan Nicolas Maduro mulai membuka diri untuk menormalisasi hubungan negaranya dengan pemerintahan Barack Obama, langkah normalisasi hubungan itu disambut baik dunia internasional. Pasalnya, runyamnya hubungan AS dan Venezuela di masa lalu telah berimplikasi buruk terhadap kawasan Amerika Latin.     
            Tampilnya Hugo Chavez menandai perubahan penting, bukan hanya menyangkut Venezuela, melainkan pula perkembangan Amerika Latin secara keseluruhan. Kini di Venezuela bahkan di bagian besar Amerika Latin sedang timbul gelombang besar anti neoliberalisme yang digerakkan oleh Hugo Chavez. Tokoh-tokoh Amerika Latin, seperti Hugo Chavez yang disusul totoktokoh lainnya, terbukti semakin berani mencari jalan sendiri untuk meninggalkan ikatan-ikatan ekonomi dan politik yang selama ini dirasakan menyengsarakan. Tokoh-tokoh itu, dengan caranya masingmasing telah memberikan pertanda yang sangat jelas bahwa Amerika Latin tidak lagi bersedia menjadi agen neoliberalisme.




DAFTAR PUSTAKA
Adrianto, Afeb. 2012. “KEBIJAKAN-KEBIJAKAN PEMERINTAHAN HUGO      CHAVEZ DI VENEZUELA (1999-2011)”. Skripsi. Fakultas Ilmu             Sosial, Universitas Yogyakarta.
Kasmad, Purnama. 2013. “ KEBIJAKAN LUAR NEGERI SPANYOL TERHADAP
                   NEGARA-NEGARA DI KAWASAN AMERIKA LATIN”. Skripsi.         Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Hasanuddin.
Rino, Razali. 2014. ANALISIS PENERAPAN KEBIJAKAN EKONOMI SOSIALIS             VENEZUELA PADA MASA PEMERINTAHAN HUGO CHAVEZ MENGHADAPI IMPERIALISME EKONOMI AMERIKA SERIKAT   TAHUN 1998-2013, Vol. 1, No. 2.
Ma’arif, Syamsul. 2012. NEOSOSIALISME KEBIJAKAN EKONOMI POLITIK    (Pengalaman Venezuela Di Bawah Hugo Chavez), Vol. 3, No.2.
Wibawa, Adi. 2013. Pengaruh Ideologi Kiri Baru terhadap Perubahan Kebijakan Negara di Sektor Energi: Studi Kasus Venezuela, Vol. 3, No. 1.