BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.Latar
Belakang
Penulisan sejarah pada Abad ke-20 memasuki era baru dimana
dengan adanya suatu gerakan baru dalam penulisan yang memfokuskan pada proses
kehidupan manusia yang mencakup segala hal tidak hanya terbatas pada bidang
ekonomi, politik, dan budaya, dimana tiga tema ini telah mendominasi penulisan
sejarah.
Namun kali ini muncul gerakan baru dimana terdapat penulisan
sejarah sosial, penulisan ini ingin mencari beberapa fakta dari sudut pandang
berbeda. Kembali pada kasus di Indonesia, di era Reformasi sekarang sering
terjadi berbagai aksi demonstrasi di beberapa tempat oleh sekelompok orang yang
mengatasnamakan “perubahan”.
Demonstrasi bukan lagi monopoli masyarakat kelas atas, melainkan
“milik” semua kelas sosial, juga bukan monopoli laki-laki, namun perempuan pun
diberi kesempatan untuk melakukan aksi demonstrasi. Semua kelompok, mulai dari
buruh, mahasiswa, guru, anggota organisasi masyarakat, bahkan sampai pelajar
dapat dengan mudah menyampaikan aksi demonstrasi yang menuntut terjadinya suatu
perubahan pada lembaga yang mereka kritik.
Mereka menginginkan adanya perbaharuan sistem. Kelompok-kelompok
tersebut dalam studi mengenai perubahan sosial sering dinamakan dengan gerakan
sosial (social movement). Gerakan
sosial ini merupakan salah satu kelompok yang terut memperjuangkan terwujudnya
perubahan dunia ke arah yang lebih baik. Wood dan Jackson (dalam Sztompka,
1994) menyatakan bahwa perubahan sosial merupakan basis yang menentukan
ciri-ciri gerakan sosial, dan gerakan sosial berkaitan erat dengan perubahan
sosial.
Gerakan sosial memiliki cara yang menurut mereka paling tepat
dalam rangka mewujudkan cita-citanya. Sejak abad ke-19, gerakan sosial sering
diwujudkan dalam bentuk gerakan protes, pemberontakan, kudeta, sampai perilaku
anarkis. Namun ada juga gerakan sosial yang dilakukan dengan perilaku yang
positif, tanpa tindakan anarkis dan merusak.
1.2.Rumusan
Masalah
1.2.1.
Apa itu gerakan sosial ?
1.2.2.
Bagaimana yang dimaksud dengan tipologi
gerakan sosial?
1.2.3.
Bagaimana pemicu gerakan sosial?
1.3.Tujuan
dan Manfaat
1.3.1.
Memberikan pandangan pendahuluan terkait
dengan sejarah gerakan sosial.
1.3.2.
Dapat menjadi bahan acuan untuk bancaan
selanjutnya mengenai penulisan sejarah sosial.
1.3.3.
Memenuhi tugas mata kuliah sejarah
sosial.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Gerakan Sosial
Gerakan sosial merupakan suatu proses mengenai tujuan, arah,
langkah dari suatu masyarakat untuk mencapai tujuan tertentu baik disadari atau
tidak, sehingga suatu gerakan sosial identik dengan perubahan sosial dan
mobilitas sosial. Banyak para ahli telah berusaha untuk merumuskan berbagai
definisi gerakan sosial.
Gerakan sosial adalah
tindakan kolektif yang diorganisir secara longgar, tanpa cara terlembaga untuk
menghasilkan perubahan dalam masyarakat mereka. (Sztompka, 2008:325).
Upaya kolektif untuk
membangun tatanan kehidupan yang baru. (Blummer, 1951:199).
Sebentuk aksi kolektif dengan orientasi konfliktual
yang jelas terhadap lawan sosial dan politik tertentu, dilakukan dalam konteks
jejaring lintas kelembagaan yang erat oleh aktor-aktor yang diikat rasa
solidaritas dan identitas kolektif yang kuat melebihi bentuk-bentuk ikatan
dalam koalisi dan kampanye bersama. (Darmawan Triwibowo, 2006).
Tindakan kolektif berkelanjutan untuk mendorong atau
menghambat perubahan dalam masyarakat atau dalam kelompok yang menjadi bagian
masyarakat itu (Turner & Killian, 1972:246).
Ada banyak definisi mengenai
gerakan sosial. Gerakan sosial sering diidentifikasikan dengan masalah politik,
karena memang gerakan sosial lahir dari sebuah kepentingan individu atau
masyarakat, baik yang terorganisasi maupun tidak. Gerakan sosial pada
hakikatnya merupakan hasil perilaku kolektif, yaitu sebuah perilaku yang
dilakukan bersama-sama oleh sejumlah orang yang tidak bersifat rutin dan
perilaku mereka merupakan hasil tanggapan atau respon terhadap rangsangan
tertentu (Sunarto, 2004). Akan tetapi, gerakan sosial berbeda dengan perilaku
kolektif. Gerakan sosial sifatnya lebih terorganisasi dan lebih memiliki tujuan
dan kepentingan bersama dibandingkan dengan perilaku kolektif.
2.2
Pemicu Gerakan Sosial
Saat gerakan sosial itu muncul ke permukaan dan menjadi suatu
permasalahan sosial, sebelumnya ada pemicu-pemicu yang terdapat dalam suatu
gerakan sosial, Martono (2012) membaginya ke dalam dua teori yaitu melaui psikologi
dan sosiologi.
1) Secara
Psikologi
·
Teori ketidakpuasan (discontent theory) teori ini menyatakan
bahwa akar munculnya gerakan sosial terletak pada perasaan ketidakpuasan. Orang
yang merasa hidupnya nyaman dan puas, cenderung kurang menaruh perhatian pada gerakan
sosial. Ada berbagai ragam ketidakpuasan mulai dari luapan kemarahan
orang-orang yang merasa dikorbankan oleh ketidak adilan yang kejam sampai
dengan kadar kejengkelan terendah dari orang-orang yang tidak menyukai
perubahan sosial tertentu. Pada semua masyarakat modern, selalu saja terdapat
kadar ketidakpuasan yang cukup mendorong terciptanyanya gerakan sosial.
Ketidakpuasan memang merupakan kondisi yang diperlukan dalam proses kelahiran
suatu gerakan sosial, akan tetapi kondisi ketidak puasan itu sendiri belum
cukup untuk membangkitkan gerakan sosial.
·
Teori ketidakmampuan penyesuaian diri
pribadi (personal maladjusment theory).
Teori ini menyatakan bahwa gerakan sosial merupakan tempat untuk menyalurkan
kegagalan pribadi. Orang yang merasa kecewa dan gagal lebih tertarik untuk ikut
serta dalam gerakan sosial daripada orang yang sudah merasa puas atau senang.
Orang-orang yang merasa kehidupannya sudah nyaman dan memuaskan kurang
memerlukan perasaan harga diri dan keberhasilan karena mereka telah memilikinya.
2) Secara
Sosiologi
·
Teori Deprivasi Relatif (Relative
Deprivation Theory). Konsep ini dikembangkan oleh Stouffer. Menurut teori
seorang merasa kecewa karna adanya kesenjangan antara harapan dan kenyataan.
Orang yang menginginkan sedikit, lalu ternyata hanya mampu memperoleh lebih
sedikit akan merasakan kadar kekecewaan yang lebih rendah daripada orang yang
telah memperoleh banyak, tetapi masih menghendaki yang lebih daripada apa yang
telah mereka dapatkan. Faktor ini juga dipicu oleh proses melemahnya kendali
dan tradisi kesukuan yang biasanya disertai dengan meningkatnya kadar
keinginan.
·
Teori Mobilisasi Sumber Daya (Resourche
Mobilization Theory). Teori ini menekankan pada faktor teknis, bukan penyebab
munculnya gerakan sosial. Teori ini menjelaskan tentang pentingnya
pendayagunaan sumber daya secara efektif dalam menunjang gerakan sosial, karena
gerakan sosial yang berhasil memerlukan organisasi dan taktik yang efektif.
Teori ini berpandangan bahwa kepemimpinan, organisasi, dan taktik merupakan faktor
utama yang menentukan sukses atau gagalnya suatu gerakan sosial. Sumber daya
yang dimaksud dalam teori ini adalah pandangan dan tradisi penunjang, peraturan
hukum yang mendukung organisasi dan pejabat yang dapat membantu, manfaat yang
memungkinkan untuk dipromosikan, kelompok sasaran yang dapat terpikat oleh
manfaat tersebut dan sumber daya penunjang lainnya.
·
Teori Proses-Politik
Teori ini erat
kaitannya dengan teori mobilisasi sumber daya. Pendekatan proses-politik
menekankan pada peluang-peluang bagi gerakan, yang diciptakan oleh proses
politik dan sosial yang lebih besar.
2.3
Tipologi Gerakan Sosial
Ada beberapa bentuk atau klasifikasi gerakan sosial yang
didasarkan pada beberapa kriteria menurut Sztompka (dalam Martono,
2012:230-232)
1) Menurut bidang perubahan yang diinginkan.
Dibedakan lagi menjadi dua:
·
Gerakan sosial dengan tujuan terbatas
hanya untuk mengubah aspek tertentu dalam masyarakat tanpa menyentuh struktur
lembaganya. Gerakan ini dinamakan gerakan reformasi, misalnya gerakan yang
menolak pornografi dan pornoaksi.
·
Gerakan radikal, gerakan ini
mengupayakan perubahan yang lebih mendalam yang menyentuh landasan organisasi
sosial. Contohnya gerakan hak-hak sipil di Amerika Serikat serta gerakan anti
Apartheid di Afrika Selatan.
2) Menurut
kualitas perubahan yang diinginkan. Kelompok ini dibedakan menjadi dua:
·
Gerakan konservatif. Gerakan ini
merupakan gerakan yang mengarah ke masa lalu. Gerakan ini berupaya memperbaiki
lembaga, hukum, cara hidup serta keyakinan yang telah mapan di masa lalu tetapi
mengalami erosi dan dibuang dalam perjalanan sejarah.
·
Gerakan progresif, yaitu geraka yang
menekankan pada inovasi, mengenalkan lembaga beru yang berorientasi masa depan.
3) Menurut
target perubahannya. Tipe gerakan sosial ini dibedakan menjadi dua:
·
Gerakan sosial yang memusatkan target
perubahannya pada perubahan struktur sosial. Misalnya gerakan Reformasi di
Indonesisa
·
Gerakan sosial yang berorientasi pada
perubahan diri individu, misalnya gerakan keagamaan yang menginginkan perubahan
dalam diri individu
4) Menurut
arah perubahan yang diinginkan. Tipe gerakan sosial ini dibagi menjadi dua:
·
Gerakan sosial positif, gerakan ini
berupaya untuk mengenalkan perubahan tertentu serta membuat perbedaan, gerakan
ini juga dapat dimaksudkan untuk memerangi suatu kebijakan yang dinilai
memberikan dampak negatif. Misalnya gerakan anti produk luar negeri, gerakan
anti globalisasi, atau gerakan menanam sejuta pohon.
·
Gerakan sosial negatif, gerakan sosial
ini dimobilisasi untuk mengganti undang-undang tertentu. Gerakan ini misalnya
menolak undang-undang antipornografi dan pornoaksi dan gerakan poligami.
5) Menurut
strategi yang mendasai atau “logika tindakan mereka”, ada dua gerakan yang
termasuk dalam tipe ini:
·
Gerakan yang mengikuti logika
instrumental, yang bertujauan untuk mendapatkan kekuasaan politik dan dengan
kekuatan politik itu mereka memaksakan perubahan yang diinginkan dalam
peraturan hukum, lembaga, dan organisasi masyarakat. Tujuannya adalah sebagai
alat kontrol politik.
·
Gerakan yang mengedepankan logika
perasaan, gerakan ini bertujuan untuk menguatkan identitas agar mendapat
pengakuan umum dan posisi yang setara dengan kelompok lain. Gerakan ini
misalnya adalah gerakan perempuan (feminisme).
6) Menurut
sejarah perkembangannya. Tipologi gerakan sosial ini dibagi menjadi dua:
·
Gerakan sosial lama (GSL) yaitu gerakan
sosial yang menonjol pada masa awal kemunculan modernisasi. Gerakan ini
memusatkan perhatian pada kepentingan ekonomi, anggotanya kebanyakan direkrut
dari kelas sosial tertentu, sifat organisasinya kaku serta bersifat
desentralistis. Contoh gerakan ini yang paling mudah adalah gerakan buruh dan
gerakan petani.
·
Gerakan sosial baru (GSB) yaitu gerakan
sosial yang muncul pada masa akhir modernisasi. Gerakan ini memiliki ciri yaitu
memusatkan perhatian pada isu-isu baru, kepentingan baru, serta medan konflik
sosial baru. Contoh gerakan ini adalah gerakan feminis, gerakan mahasiswa,
gerakan buruh atau gerakan profesi lain.
Keenam
gerakan tersebut tidak terlepas dari perbandingan oleh ahli lain sehingga juga
dikemukakan pendapat oleh David Aberle (Sunarto, 2004 dalam Martono, 2012).
Aberle membagi tipe gerakan sosial yang didasarkan pada tipe perubahan yang
dikehendaki serta besarnya perubahan yang dikehendaki.
1) Alternative
movement, yaitu gerakan sosial yang bertujuan untuk mengubah sebagian perilaku
perseorangan. Gerakan sosial ini dapat dicontohkan dalam berbagai kampanye
untuk mengubah perilaku tertentu, misalnya: kampanye anti rokok, tidak minum
minman keras, dan tidak menggunakan zat adiktif berbahaya.
2) Redemptive
movement, yaitu gerakan sosial ini memiliki lingkup yang lebih luas dari pada
alternative movement. Gerakan sosial ini kebanyakan terdapat dalam masalah
agama. Misalnya gerakan yang menganjurkan orang untuk bertaubat atau mengikuti
ajaran agama.
3) Reformative
movement, gerakan sosial ini bertujuan untuk mengubah perilaku masyarakat umum,
namun ruang lingkup yang akan dibuah hanya aspek-aspek tertentu dalam
masyarakat. Misalnya gerakan sosial homo seksual untuk memperoleh pengakuan
terhadap gaya hidup mereka, atau gerakan gender.
4) Transformative
movement merupakan gerakan sosial yang bertujuan untuk mengubah perilaku
masyarakat secara menyeluruh. Misalnya gerakan Khmer Merah di Kamboja yang
bertujuan untuk menciptakan masyarakat komunis di Kamboja.
KESIMPULAN
Gerakan sosial merupakan suatu proses mengenai tujuan, arah,
langkah dari suatu masyarakat untuk mencapai tujuan tertentu baik disadari atau
tidak, sehingga suatu gerakan sosial identik dengan perubahan sosial dan
mobilitas sosial.
DAFTAR PUSTAKA
Martono, Nanang. 2012. Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
Sztompka, Piotr. 2008. Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta:
Prenada.
Triwibowo, Darmawan.
2006. Gerakan Sosial. Jakarta:
Pustaka LP3ES Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar