Kamis, 25 Januari 2018

GERAKAN SOSIAL

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
     Penulisan sejarah pada Abad ke-20 memasuki era baru dimana dengan adanya suatu gerakan baru dalam penulisan yang memfokuskan pada proses kehidupan manusia yang mencakup segala hal tidak hanya terbatas pada bidang ekonomi, politik, dan budaya, dimana tiga tema ini telah mendominasi penulisan sejarah.
     Namun kali ini muncul gerakan baru dimana terdapat penulisan sejarah sosial, penulisan ini ingin mencari beberapa fakta dari sudut pandang berbeda. Kembali pada kasus di Indonesia, di era Reformasi sekarang sering terjadi berbagai aksi demonstrasi di beberapa tempat oleh sekelompok orang yang mengatasnamakan “perubahan”.
     Demonstrasi bukan lagi monopoli masyarakat kelas atas, melainkan “milik” semua kelas sosial, juga bukan monopoli laki-laki, namun perempuan pun diberi kesempatan untuk melakukan aksi demonstrasi. Semua kelompok, mulai dari buruh, mahasiswa, guru, anggota organisasi masyarakat, bahkan sampai pelajar dapat dengan mudah menyampaikan aksi demonstrasi yang menuntut terjadinya suatu perubahan pada lembaga yang mereka kritik.
     Mereka menginginkan adanya perbaharuan sistem. Kelompok-kelompok tersebut dalam studi mengenai perubahan sosial sering dinamakan dengan gerakan sosial (social movement). Gerakan sosial ini merupakan salah satu kelompok yang terut memperjuangkan terwujudnya perubahan dunia ke arah yang lebih baik. Wood dan Jackson (dalam Sztompka, 1994) menyatakan bahwa perubahan sosial merupakan basis yang menentukan ciri-ciri gerakan sosial, dan gerakan sosial berkaitan erat dengan perubahan sosial.
     Gerakan sosial memiliki cara yang menurut mereka paling tepat dalam rangka mewujudkan cita-citanya. Sejak abad ke-19, gerakan sosial sering diwujudkan dalam bentuk gerakan protes, pemberontakan, kudeta, sampai perilaku anarkis. Namun ada juga gerakan sosial yang dilakukan dengan perilaku yang positif, tanpa tindakan anarkis dan merusak.

1.2.Rumusan Masalah
               1.2.1.     Apa itu gerakan sosial ?
               1.2.2.     Bagaimana yang dimaksud dengan tipologi gerakan sosial?
               1.2.3.     Bagaimana pemicu gerakan sosial?

1.3.Tujuan dan Manfaat
               1.3.1.     Memberikan pandangan pendahuluan terkait dengan sejarah gerakan sosial.
               1.3.2.     Dapat menjadi bahan acuan untuk bancaan selanjutnya mengenai penulisan sejarah sosial.
               1.3.3.     Memenuhi tugas mata kuliah sejarah sosial.



BAB II
PEMBAHASAN
2.1            Gerakan Sosial
     Gerakan sosial merupakan suatu proses mengenai tujuan, arah, langkah dari suatu masyarakat untuk mencapai tujuan tertentu baik disadari atau tidak, sehingga suatu gerakan sosial identik dengan perubahan sosial dan mobilitas sosial. Banyak para ahli telah berusaha untuk merumuskan berbagai definisi gerakan sosial.
Gerakan sosial adalah tindakan kolektif yang diorganisir secara longgar, tanpa cara terlembaga untuk menghasilkan perubahan dalam masyarakat mereka. (Sztompka, 2008:325).
Upaya kolektif untuk membangun tatanan kehidupan yang baru. (Blummer, 1951:199).
Sebentuk aksi kolektif dengan orientasi konfliktual yang jelas terhadap lawan sosial dan politik tertentu, dilakukan dalam konteks jejaring lintas kelembagaan yang erat oleh aktor-aktor yang diikat rasa solidaritas dan identitas kolektif yang kuat melebihi bentuk-bentuk ikatan dalam koalisi dan kampanye bersama. (Darmawan Triwibowo, 2006).
Tindakan kolektif berkelanjutan untuk mendorong atau menghambat perubahan dalam masyarakat atau dalam kelompok yang menjadi bagian masyarakat itu (Turner & Killian, 1972:246).
Ada banyak definisi mengenai gerakan sosial. Gerakan sosial sering diidentifikasikan dengan masalah politik, karena memang gerakan sosial lahir dari sebuah kepentingan individu atau masyarakat, baik yang terorganisasi maupun tidak. Gerakan sosial pada hakikatnya merupakan hasil perilaku kolektif, yaitu sebuah perilaku yang dilakukan bersama-sama oleh sejumlah orang yang tidak bersifat rutin dan perilaku mereka merupakan hasil tanggapan atau respon terhadap rangsangan tertentu (Sunarto, 2004). Akan tetapi, gerakan sosial berbeda dengan perilaku kolektif. Gerakan sosial sifatnya lebih terorganisasi dan lebih memiliki tujuan dan kepentingan bersama dibandingkan dengan perilaku kolektif.


2.2            Pemicu Gerakan Sosial
     Saat gerakan sosial itu muncul ke permukaan dan menjadi suatu permasalahan sosial, sebelumnya ada pemicu-pemicu yang terdapat dalam suatu gerakan sosial, Martono (2012) membaginya ke dalam dua teori yaitu melaui psikologi dan sosiologi.
1)      Secara Psikologi
·         Teori ketidakpuasan (discontent theory) teori ini menyatakan bahwa akar munculnya gerakan sosial terletak pada perasaan ketidakpuasan. Orang yang merasa hidupnya nyaman dan puas, cenderung kurang menaruh perhatian pada gerakan sosial. Ada berbagai ragam ketidakpuasan mulai dari luapan kemarahan orang-orang yang merasa dikorbankan oleh ketidak adilan yang kejam sampai dengan kadar kejengkelan terendah dari orang-orang yang tidak menyukai perubahan sosial tertentu. Pada semua masyarakat modern, selalu saja terdapat kadar ketidakpuasan yang cukup mendorong terciptanyanya gerakan sosial. Ketidakpuasan memang merupakan kondisi yang diperlukan dalam proses kelahiran suatu gerakan sosial, akan tetapi kondisi ketidak puasan itu sendiri belum cukup untuk membangkitkan gerakan sosial.
·         Teori ketidakmampuan penyesuaian diri pribadi (personal maladjusment theory). Teori ini menyatakan bahwa gerakan sosial merupakan tempat untuk menyalurkan kegagalan pribadi. Orang yang merasa kecewa dan gagal lebih tertarik untuk ikut serta dalam gerakan sosial daripada orang yang sudah merasa puas atau senang. Orang-orang yang merasa kehidupannya sudah nyaman dan memuaskan kurang memerlukan perasaan harga diri dan keberhasilan karena mereka telah memilikinya.

2)      Secara Sosiologi

·         Teori Deprivasi Relatif (Relative Deprivation Theory). Konsep ini dikembangkan oleh Stouffer. Menurut teori seorang merasa kecewa karna adanya kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Orang yang menginginkan sedikit, lalu ternyata hanya mampu memperoleh lebih sedikit akan merasakan kadar kekecewaan yang lebih rendah daripada orang yang telah memperoleh banyak, tetapi masih menghendaki yang lebih daripada apa yang telah mereka dapatkan. Faktor ini juga dipicu oleh proses melemahnya kendali dan tradisi kesukuan yang biasanya disertai dengan meningkatnya kadar keinginan.
·         Teori Mobilisasi Sumber Daya (Resourche Mobilization Theory). Teori ini menekankan pada faktor teknis, bukan penyebab munculnya gerakan sosial. Teori ini menjelaskan tentang pentingnya pendayagunaan sumber daya secara efektif dalam menunjang gerakan sosial, karena gerakan sosial yang berhasil memerlukan organisasi dan taktik yang efektif. Teori ini berpandangan bahwa kepemimpinan, organisasi, dan taktik merupakan faktor utama yang menentukan sukses atau gagalnya suatu gerakan sosial. Sumber daya yang dimaksud dalam teori ini adalah pandangan dan tradisi penunjang, peraturan hukum yang mendukung organisasi dan pejabat yang dapat membantu, manfaat yang memungkinkan untuk dipromosikan, kelompok sasaran yang dapat terpikat oleh manfaat tersebut dan sumber daya penunjang lainnya.
·         Teori Proses-Politik
Teori ini erat kaitannya dengan teori mobilisasi sumber daya. Pendekatan proses-politik menekankan pada peluang-peluang bagi gerakan, yang diciptakan oleh proses politik dan sosial yang lebih besar. 



2.3            Tipologi Gerakan Sosial
     Ada beberapa bentuk atau klasifikasi gerakan sosial yang didasarkan pada beberapa kriteria menurut Sztompka (dalam Martono, 2012:230-232)
1)       Menurut bidang perubahan yang diinginkan. Dibedakan lagi menjadi dua:
·         Gerakan sosial dengan tujuan terbatas hanya untuk mengubah aspek tertentu dalam masyarakat tanpa menyentuh struktur lembaganya. Gerakan ini dinamakan gerakan reformasi, misalnya gerakan yang menolak pornografi dan pornoaksi.
·         Gerakan radikal, gerakan ini mengupayakan perubahan yang lebih mendalam yang menyentuh landasan organisasi sosial. Contohnya gerakan hak-hak sipil di Amerika Serikat serta gerakan anti Apartheid di Afrika Selatan.
2)      Menurut kualitas perubahan yang diinginkan. Kelompok ini dibedakan menjadi dua:
·         Gerakan konservatif. Gerakan ini merupakan gerakan yang mengarah ke masa lalu. Gerakan ini berupaya memperbaiki lembaga, hukum, cara hidup serta keyakinan yang telah mapan di masa lalu tetapi mengalami erosi dan dibuang dalam perjalanan sejarah.
·         Gerakan progresif, yaitu geraka yang menekankan pada inovasi, mengenalkan lembaga beru yang berorientasi masa depan.
3)      Menurut target perubahannya. Tipe gerakan sosial ini dibedakan menjadi dua:
·         Gerakan sosial yang memusatkan target perubahannya pada perubahan struktur sosial. Misalnya gerakan Reformasi di Indonesisa
·         Gerakan sosial yang berorientasi pada perubahan diri individu, misalnya gerakan keagamaan yang menginginkan perubahan dalam diri individu
4)      Menurut arah perubahan yang diinginkan. Tipe gerakan sosial ini dibagi menjadi dua:
·         Gerakan sosial positif, gerakan ini berupaya untuk mengenalkan perubahan tertentu serta membuat perbedaan, gerakan ini juga dapat dimaksudkan untuk memerangi suatu kebijakan yang dinilai memberikan dampak negatif. Misalnya gerakan anti produk luar negeri, gerakan anti globalisasi, atau gerakan menanam sejuta pohon.
·         Gerakan sosial negatif, gerakan sosial ini dimobilisasi untuk mengganti undang-undang tertentu. Gerakan ini misalnya menolak undang-undang antipornografi dan pornoaksi dan gerakan poligami.
5)      Menurut strategi yang mendasai atau “logika tindakan mereka”, ada dua gerakan yang termasuk dalam tipe ini:
·         Gerakan yang mengikuti logika instrumental, yang bertujauan untuk mendapatkan kekuasaan politik dan dengan kekuatan politik itu mereka memaksakan perubahan yang diinginkan dalam peraturan hukum, lembaga, dan organisasi masyarakat. Tujuannya adalah sebagai alat kontrol politik.
·         Gerakan yang mengedepankan logika perasaan, gerakan ini bertujuan untuk menguatkan identitas agar mendapat pengakuan umum dan posisi yang setara dengan kelompok lain. Gerakan ini misalnya adalah gerakan perempuan (feminisme).
6)      Menurut sejarah perkembangannya. Tipologi gerakan sosial ini dibagi menjadi dua:
·         Gerakan sosial lama (GSL) yaitu gerakan sosial yang menonjol pada masa awal kemunculan modernisasi. Gerakan ini memusatkan perhatian pada kepentingan ekonomi, anggotanya kebanyakan direkrut dari kelas sosial tertentu, sifat organisasinya kaku serta bersifat desentralistis. Contoh gerakan ini yang paling mudah adalah gerakan buruh dan gerakan petani.
·         Gerakan sosial baru (GSB) yaitu gerakan sosial yang muncul pada masa akhir modernisasi. Gerakan ini memiliki ciri yaitu memusatkan perhatian pada isu-isu baru, kepentingan baru, serta medan konflik sosial baru. Contoh gerakan ini adalah gerakan feminis, gerakan mahasiswa, gerakan buruh atau gerakan profesi lain.

            Keenam gerakan tersebut tidak terlepas dari perbandingan oleh ahli lain sehingga juga dikemukakan pendapat oleh David Aberle (Sunarto, 2004 dalam Martono, 2012). Aberle membagi tipe gerakan sosial yang didasarkan pada tipe perubahan yang dikehendaki serta besarnya perubahan yang dikehendaki.
1)      Alternative movement, yaitu gerakan sosial yang bertujuan untuk mengubah sebagian perilaku perseorangan. Gerakan sosial ini dapat dicontohkan dalam berbagai kampanye untuk mengubah perilaku tertentu, misalnya: kampanye anti rokok, tidak minum minman keras, dan tidak menggunakan zat adiktif berbahaya.
2)      Redemptive movement, yaitu gerakan sosial ini memiliki lingkup yang lebih luas dari pada alternative movement. Gerakan sosial ini kebanyakan terdapat dalam masalah agama. Misalnya gerakan yang menganjurkan orang untuk bertaubat atau mengikuti ajaran agama.
3)      Reformative movement, gerakan sosial ini bertujuan untuk mengubah perilaku masyarakat umum, namun ruang lingkup yang akan dibuah hanya aspek-aspek tertentu dalam masyarakat. Misalnya gerakan sosial homo seksual untuk memperoleh pengakuan terhadap gaya hidup mereka, atau gerakan gender.
4)      Transformative movement merupakan gerakan sosial yang bertujuan untuk mengubah perilaku masyarakat secara menyeluruh. Misalnya gerakan Khmer Merah di Kamboja yang bertujuan untuk menciptakan masyarakat komunis di Kamboja.









KESIMPULAN

     Gerakan sosial merupakan suatu proses mengenai tujuan, arah, langkah dari suatu masyarakat untuk mencapai tujuan tertentu baik disadari atau tidak, sehingga suatu gerakan sosial identik dengan perubahan sosial dan mobilitas sosial.
    






























DAFTAR PUSTAKA

Martono, Nanang. 2012. Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta: PT         Rajagrafindo Persada.

Sztompka, Piotr. 2008. Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta: Prenada.

Triwibowo, Darmawan. 2006. Gerakan Sosial. Jakarta: Pustaka LP3ES           Indonesia.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar