Teuku Abdul Hamid Azwar adalah seorang pejuang di
bidang strategi miiliter yang lihai dalam penyediaan logistik. Beliau lahir di
Kutaraja, Aceh, 23 Oktober 1916. Teuku Abdul Hamid Azwar suami dari Cut Nyak
Manyak Keumala Putri (Cut Nyak Djariah) yang selalu memotivasi dan mengingatkan
suaminya agar tetap berada di jalur perjuangan yang benar. Ketika Teuku Hamid
Azwar hendak bergabung dengan pasukan Jepang, Cut Nyak Manyak melarang dan
menanyakan alasannya. Namun setelah dijelaskan bahwa keikutsertaannya dalam
pasukan Jepang adalah dalam rangka menimba ilmu militer dan mengetahui strategi
musuh, akhirnya Cut Nyak Manyak mengizinkannya.
Kepercayaan yang diberikan isterinya akhirnya
dibuktikan oleh Teuku Hamid Azwar ketika Indonesia baru saja mengumumkan
proklamasi kemerdekaan. Teuku Hamid Azwar langsung berinisiatif mendirikan API,
sebuah embrio TNI di Aceh. Pada saat menjadi kepala staff divisi V API/TKR
Komandemen Sumatera, Teuku Hamid Azwar berhasil menghancurkan 1 batalyon
tentara Jepang yang berjumlah 1000 orang lengkap dengan persenjataannya di
Krueng Panjoe, Langsa, Aceh Timur. Kejadian pasukan Jepang mengibarkan bendera
putih dan menyerah tersebut terjadi pada tanggal 26 November 1945, sekitar
pukul 12.50
Sewaktu terjadi pertempuran Krueng Panjo tersebut,
Mayor Ibihara selaku Penasihat Batalyon itu tewas dengan melakukan
"harakiri" setelah melakukan perundingan, sedangkan Komandan
Batalyon, Mayor Takashi, luka berat berlumuran darah. Tentara Jepang yang luka
berat dibawa ke rumah sakit untuk dirawat,kemudian bersama dengan yang lainnya
dibawa ke Lhok Seumawe guna menunggu kapal untuk dipulangkan ke negeri mereka.
Kemenangan pasukan Teuku Hamid Azwar ini ternyata memberi
efek positif bagi perjuangan kemerdekaan Indonesia. Belanda mengurungkan
niatnya untuk menduduki Aceh setelah mengetahui ternyata Aceh telah mempunyai
pasukan yang sanggup mengalahkan Jepang di Tanah Rencong. Aceh merupakan
satu-satunya wilayah Indonesia yang tidak tersentuh Belanda pada masa
perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Pada tahun 1947, Letkol Teuku Hamid Azwar bersama
perwira-perwira TNI di Sumatera dari Corp Intendance lainnya yakni Letkol Teuku
M. Daud (Samalanga) dan Letkol H.A. Thahir mendirikan Central Trading
Corporation (CTC) di Bukittinggi, yang kemudian hijrah ke Jakarta, (hingga kini
gedungnya masih tegak berdiri di jalan Kramat Raya). Adapun tujuan CTC
didirikan adalah untuk mengusahakan perlengkapan logistik dan senjata tentara
Indonesia. CTC dari hasil bisnis Teuku Hamid Azwar berhasil menyumbangkan
sebuah kapal dengan nomor registrasi PBB 58 LB kepada ALRI. Kapal ini pada saat
itu bermanfaat karena merupakan transportasi penting untuk menembus blokade
laut Belanda sehingga TNI mendapat banyak senjata dari luar.
Teuku Abdul Hamid Azwar dan istrinya Cut Nyak
Keumala Putri (Cut Nyak Djariah) juga menyumbangkan emasnya untuk membeli
sebuah Pesawat Udara jenis Avro Anson RI 004 di Thailand. Jasa lain dari Teuku
Abdul Hamid Azwar adalah beliau ditunjuk oleh Presiden RI Soekarno bersama M.
Dasaad mendirikan Departemen Store Sarinah, yaitu departemen store termegah
pada masa itu, yang terletak di Jalan Thamrin, Jakarta, dan masih tegak berdiri
hingga sekarang.
Teuku Abdul Hamid Azwar wafat pada tanggal 7 Oktober
1996 dan dimakamkan di Pemakaman Tanah Kusir Jakarta, dan sebagai penghargaan
atas jasa-jasanya, 17 Juli 1998, "ANGKATAN 45" Dewan Harian Daerah,
DKI Jakarta menganugerahi "Pemancangan Bambu Runcing Dipusaranya". Teuku
Hamid Azwar tidak hanya lihai di bidang strategi militer, ia juga lihai di
bidang bisnis. Di tangannya, CTC berhasil mendirikan banyak cabang CTC di dalam
negeri maupun di luar negeri, antara lain di New York, Hamburg, London,
Amsterdam, Tokyo, Bangkok, Hongkong, dan Singapura. Sebagai Direktur utama, ia
berhasil mengibarkan bendera Indonesia dalam membangun reputasi bisnis di dunia
internasional di awal kedaulatan kemerdekaan RI.
A.
Teuku Hamid Sebagai Pahlawan
Setelah menjelaskan secara ringkas peran Teuku Hamid
dalam mempertahankan NKRI dari agresi belanda, maka sudah sangat layaklah
beliau dinobatkan sebagai salah satu putera bangsa yang mendapat kehormatan
bintang pahlawan. Rasa nasionalisme yang tinggi yang mulai tumbuh di saat masih
dalam pendidikan membuat Teuku Hamid tidak diragukan lagi terhadap loyalitasnya
kepada Indonesia. Pergerakan kebangsaan yang dilakukan untuk memajukan bangsa
Indonesia sudah cukup banyak. Melihat dari asal-usul keturunan Teuku Hamid juga
berasal dari darah pahlawan Aceh dan tokoh yang sangat dihormati oleh
masyarakat. Sekarang kita hanya bisa menunggu kebijakan dari pemerintah untuk
menetapkan beliau sebagai salah satu pahlawan bangsa ini.
Sumber
Jakobi, A.K. 2004. ACEH: Dalam Perang Mempertahankan Proklamasi Kemerdekaan. Jakarta. PT Gramedia
Pustaka Utama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar