Kamis, 25 Januari 2018

SEMINAR PERANTAUAN BUGIS-MAKASSAR DI NUSANTARA

SEMINAR PERANTAUAN BUGIS-MAKASSAR DI NUSANTARA
Oleh
Dr. Suriadi Mappangara M, Hum


            Seminar pada Selasa, 21 Maret 2017 memberikan penerangan lebih jauh mengenai masyarakat Bugis, secara khususnya ketika para pedagang dan penjajah Eropa datang untuk menguasai daerah Sulawesi Selatan. Penduduk Bugis merupakan kumpulan orang-orang pesisir dengan semangat hidup yang tinggi dan berwatak keras, hal ini pasti tidak terlepas dari pengaruh geografis Sulawesi Selatan.
            Masuknya agama Islam juga memberikan dampak besar masyarakat, dengan masuknya ajaran Islam di Sulawesi Selatan berdampak pada perubahan kehidupan sosial ekonomi mereka yang secara drastis berubah dan lebih maju, pernyataan ini ditandai dengan berdirinya kerajaan Goa dan Tallo. Dua kerajaan kecil ini masih mencari jati dirinya hingga terjadi penyatuan menjadi Kerajaan Makassar dengan menggabungkan beberapa kerajaan-kerajaan kecil.
            Wilayah Sulawesi Selatan identik dengan pesisir dan perairan tenangnya, sehingga penduduk Bugis merupakan seorang ahli dalam perairan dan maritim. Sebagaimana dijelaskan oleh Suriadi dalam seminarnya sudah sejak dulu orang-orang Bugis handal di perairan dan menyebar keseluruh Nusantara, dimana tempat yang dia suka, dimana tempat yang dia anggap dapat ditinggali dan mencari penghidupan baru.
            Orang-orang Bugis memiliki semangat rantau atau berkelana tinggi, ini dapat dibuktikan sekarang dengan tersebarnya penduduk bugis ke berbagai penjuru Nusantara, seperti Jawa, Sumatra, Malaysia, Singapura dan di daerah lain. Menjadi pertanyaan dalam seminar tersebut apa yang membuat orang-orang Bugis meninggalkan kampung halamannya.
            Suriadi dalam seminarnya membagi proses terjadinya migrasi penduduk Bugis dari sebelum penjajahan dan sesudah penjajahan atau ketika Makassar takluk dari VOC, sebagai berikut:
a.       Sebelum Kedatangan Penjajah
            Pada umumnya ketika wilayah Sulawesi Selatan masih dikuasai oleh penduduk asli Bugis, migrasi yang terjadi lebih didominasi oleh para pedagang yang berkeliling ke suluruh Nusantara untuk mencari keuntungan dagang, dan sangat sedikit para bangsawan yang melalukan migrasi, walaupun tetap ada konflik antar sesama bangsawan pribumi, sehingga pada masa ini tidak begitu banyak penduduk Bugis melakukan migrasi.

b.      Sesudah Kedatangan Penjajah

            Pada masa ini ditandai dengan takluknya Makassar dari VOC dengan perjanjian Bongaya yang sangat merugikan kerajaan dan rakyat, akibatnya memuncaknya migrasi baik bangsawan, pedagang, dan penduduk biasa ke berbagai wilayah dan menetap di sana hingga akhir hidupnya. Pada umumnya para bagsawan dan pedagang melakukan migrasi pada masa ini karena kepentingan dan kekuatan mereka di negeri sendiri telah hilang dan mereka dipaksa untuk tunduk pada kolonial dengan berbagai pajak yang memberatkan mereka, banyak dari para bangsawa dan pedagang yang merantau ke wilayah Nusantara mendirikan komunitas mereka sendiri, seperti terjadi di Malaysia dengan adanya kampung Bugis dan Aceh dengan adanya Dinasti Bugis pada raja-raja Aceh. Sedangkan penduduk asli di sini juga ikut keluar dari wilayah Makassar, ini terjadi karena kesetiaan mereka pada bangsawan mereka dan tidak mau tunduk selain kepada raja mereka yaitu raja Makassar.

PERAN AMERIKA SERIKAT DALAM PERANG DUNIA II

BAB I
PENDAHULUAN
  1.1            Latar Belakang
            Perang Dunia II terjadi antara 1939 hingga 1945 yang menelan korban hingga ribuan juta, hal ini dilatar belakangi dengan sikap masing-masing negara dengan ideologi dan kepentingannya masing-masing dalam bidang politik dan ekonomi. Akibat dari perbedaan kepentingan muncullah pertentangan hal ini dikarenakan bangsa-bangsa yang kalah dalam perang sebelumnya yaitu Perang Dunia I, mencoba untuk bangkit dari kehinaan dan keterpurukan ekonomi akibat peraturan perang yang mengikat mereka.
            Jepang hadir sebagai kekuatan  utama Asia di dunia, namun kali ini Jepang tidak memihak kepada Sekutu. Jepang memiliki ambisi Hakko Ichiu untuk menguasai Asia Pasifik melalui delapan penjuru mata angin, hal ini membuat Jepang masuk dalam blok fasis bersekutu dengan Jerman dan Italia. Hitler merobek-robek Perjanjian Versailles karena dianggap merugikan Jerman, di Italia terdapat Mussolini dengan Fasismenya dan ingin membawa Italia menjadi pemimpin imperium dunia.
            Di lain  pihak yaitu blok Sekutu yang terdiri dari Inggris, Prancis, dan Uni Soviet memiliki anggapan lain yaitu blok Fasis telah melanggar perjanjian perang. Keadaan yang semakin rumit terutama perlombaan untuk mendapatkan tanah kolonial baru membawa seluruh dunia terlibat dalam perang ini tak terkecuali Amerika Serikat.
            Uniknya pada awal pembentukan blok Sekutu, Amerika Serikat cenderung pasif dan diam. Amerika menganggap bahwa itu bukan bagian perang mereka, contoh sebelumnya dapat kita lihat pada Perang Dunia I. Amerika tetap netral, walaupun ketika kapal dagang Lusitania dihancurkan oleh kapal selam Jerman, Amerika mengubah sikapnya. Dalam tulisan ini kita akan mencoba untuk melihat peran Amerika Serikat dalam Perang Dunia II.
            Amerika ketika tahun 1939 meletusnya perang di Eropa mereka masih cenderung pasif dan menganggap bahwa hal itu bukan perang mereka. Namun pada saat di Asia Pasifik, khususnya Hawai dihancurkan oleh Jepang maka secara tegas pada 8 Agustus 1942, F. D. Roosvelt menyatakan perang terhadap Jepang dan bergabung bersama Sekutu. Akibatnya seluruh anggota Fasis menyatakan perang terhadap Amerika Serikat.
  1.2            Rumusan Masalah
            Adapun beberapa hal yang ingin dijawab dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
                  1.2.1.   Bagaimana situasi negara Amerika Serikat menjelang Perang Dunia II?
                  1.2.2.   Apa yang membuat Amerika Serikat terjun dalam Perang Dunia II?
                  1.2.3.   Bagaimana peran Amerika Serikat dalam Perang Dunia II?
  1.3            Tujuan
            Tujuan dari penulisan makalah ini yang pertama sekali adalah unutk memenuhi tugas perkuliahan dalam semerter pendek. Selanjutnya sebagai bahan acuan dalam perkuliahan untuk membuka sedikit pengetahuan yang lebih banyak, dan dapat dijadikan sebagai bahan bacaan pada tahap awal untuk mengenal Bangsa Amerika.


BAB II
PEMBAHASAN
2.1     Keadaan Amerika Serikat Menjelang Perang
            Amerika merupakan suatu bangsa yang terletak di bagian Barat bumi, pasca Perang Dunia I, Amerika mulai sedikit menggeser kedudukan Inggris dalam ekonomi, politik, dan militer dunia, yang di mana Bank Dunia mulai beralih ke Ameriaka Serikat. Salah satu pengaruh yang dibawa oleh Perang Dunia I yaitu krisis ekonomi, pada awalnya yang mengalami hanya negara yang terlibat dalam peperangan terutama negara yang kalah dalam perang, secara bertahap hal ini semakin melebar ke negara-negara lain dan menjadi krisis ekonomi dunia.
            Amerika tidak luput dari krisis ekonomi yang melanda dunia di tahun 1930-an atau biasa dikenal dengan Melaise. Di tahun 1933, persiden baru Franklin Roosevelt mendatangkan rasa percaya diri dan optimisme. (Badan Penerangan Amerika Serikat, 2005:290). F. D. Roosevelt memperkenalkan konsep New Deal pada masyarakat Amerika. Hal ini mendapat dukungan positif bagi rakyat karena dapat melindungi rakyat bawah dan perekonomian.
            Pada tahun 1933 jutaan orang Amerika menganggur. Antrean untuk mendapatkan roti menjadi pemandangan yang lazim di banyak kota. (Badan Penerangan Amerika Serikat, 2005:291). Untuk menanggulangi krisis tersebut pemerintah membangun berbagai lembaga penampung pemuda-pemuda untuk didik di dalam kamp-kamp dan bekerja untuk negara dalam berbagai bidang, sehingga mampu memperkecil tingkat pengangguran. Selain itu dalam bidang pertanian pemerintah berusaha memberikan susidi kepada petani dan menaikkan harga hasil panen.
            Antara tahun 1932 dan 1935, pendapatan pertanian meningkat lebih dari 50 persen. Namun, peningkatan ini bukan sepenuhnya karena program federal. Pada saat petani didorong untuk mengurangi produksi- sehingga petani menggarap dan penerima bagi hasil tak punya tempat lagi- kekeringan di yang ganas melanda negara-negara bagian Dataran Besar. Akibatnya, produksi pertanian menurun tajam. (Badan Penerangan Amerika Serikat, 2005:293). Hampir sama dengan penanggulangan pengangguran bagi petani, pemerintah membentuk lembaga yang mampu mendidik petani dalam penanaman. Selain itu banyak dari mereka putus asa dan memilih untuk pergi ke wilayah lain agar bisa hidup dalam kegersangan.
            Secara garis besar dapat kita lihat Amerika Serikat tidak jauh bedanya dengan negara-negara lain yang terkena krisis ekonomi, semua serba rumit dan krisis. Segala upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan ekonomi negara yang dilanda kekacauan. Dalam bidang industri pemerintah membentuk lembaga pemulihan industri agar mampu meningkatkan daya beli, dan menetapkan aturan-aturan guna mempersehat persaingan.
            Pada saat itu, kebijakan-kebijakan lain membantu pemulihan, dan pemerintah dengan cepat mengambil posisi sebagai penetap harga di sejumlah bisnis tertentu yang merupakan beban berat pada ekonomi nasional dan hambatan untuk pemulihan. (Badan Penerangan Amerika Serikat, 2005:294). Selain dari itu, pada masa ini merupakan masa perjuangan buruh yang menuntut perbaikan hidup mereka. Mereka menunut kebebasan dalam bekerja. Lalu di tahun 1935 Kongres meloloskan Undang-Undang Hubungan Buruh Nasional (National Labor Relations Act), yang merumuskan apa saja praktek perburuhan yang dianggap tidak adil, memberi buruh hak untuk melakukan tawar-menawar melaui serikat pekerja pilihan mereka, dan melarang pengusaha untuk mencampuri aktivitas serikat pekerja. (Badan Penerangan Amerika Serikat, 2005:295).
            F. D. Rosevelt dalam pidatonya pada tahun 1938, mengingatkan rakyat Amerika agar tetap yakin akan pendirian perbaikan ekonomi yang dapat mempertahankan kemerdekaan negara dan demokrasi. Pada tahun berikutnya mulai tampak ekonomi Amerika cenderung membaik walaupun masih terlilit dalam krisis. Menjelang pemilihan presiden baru, yang nantinya akan dimenangkan oleh F. D. Roosevelt untuk kedua kalinya beriringan dengan bangkitnya bangsa Jerman, Italia, dan Jepang dalam kancah dunia dan mulai membahayakan aktivitas politik dan perekonomian Amerika Serikat. Ketika perang meletus di Eropa maka mulai timbul aliran isolasi dalam politik Ameriak yang menganggap bahwa hal tersebut bukanlah perang mereka. Walaupun sikap isolasi yang dijalankan rakyat terus merasa cemas.

2.2     Amerika Serikat Dalam Perang Dunia II
            Di bawah sikap menutup diri Amerika terus bersikap pasif dalam peperangan. Pada tahun 1940, dengan jatuhnya Perancis ke tangan Nazi dan serangan udara terhadap Inggris, perdebatan semakin panas antara mereka yang menyokong demokrasi dengan kaum isolasionis yang tergabung dalam komite Amerika Terlebih Dahulu (America First Commitee). Komite ini mendapat dukungan dari golongan konservatif Barat Tengah dampai kaum cinta damai aliran kiri. Akhirnya golongan yang ingin turun tangan memenangkan debat publik. (Badan Penerangan Amerika Serikat, 2005:300)
            Tak lama kemudian Amerika langsung memimpin pembentukan persekutuan dengan Kanada dan diikuti oleh negara-negara Amerika Latin untuk meningkatkan keamanan bagi negara-negara Amerika. Selain itu juga membentuk badan pembantu dana untuk kepentingan perang Inggris dan Perancis dalam menghadapi Jerman dan Italia. Pada tahap ini Amerika belum menjadi penggerak utama pasukan Sekutu dan hanya masih terbatas kepada penyokong dana perang Sekutu. Keadaan politik yang semakin tak menentu ditambah lagi dengan masuknya Jepang ke Blok Fasis dengan pergerakannya ketika menyerang Cina membuat Amerika geram. Akibatnya Amerika mengembargo minyak dan besi tua ke Jepang melalui pangkalan angkatan laut di Hawai, sebelumnya Jepang menerima ekspor minyak mentah langsung dari Hindi Belanda.
            Hal ini membuat Jepang terdesak karena industri dalam negerinya tidak akan bisa berjalan tanpa bahan mentah. Untuk mempermudah langkah Jepang maka pada 7 Desember 1941, di pagi hari Jepang melakukan serangan mendadak terhadap Perl Harbour di Hawai. Akibatnya Amerika mengalami kerugian yang sangat fatal. Mereka hanya memiliki nasib beruntung ketika dua kapal induk Amerika tidak ikut berlabuh di Perl Harbour. Sehingga terhindar dari serangan bom torpedo pesawat Jepang.
            Menanggapi peristiwa ini F. D. Roosevelt pada 8 Agustus 1945 secara tegas menyatakan perang terhadap Jepang. Banyak sejarawan yang mengatakan bahwa penyerangan yang dilaukan oleh Jepang terhadap Amerika merupakan kesalahan terbesar dalam perang dengan istilah “Membangunkan Singa yang Sedang Tidur”. Hal ini karena pasca penyerangan yang dilakukan oleh Jepang, Amerika langsung mendominasi jalanna perang di bawah Sekutu. Negara dengan cepat melakukan mobilisasi rakyat dan seluruh kapasitas industri. Pada 6 Januari 1942, Presiden Roosevelt mengumumkan target produksi yang mengejutkan: tahun ini harus selesai 60.000 pesawat, 45.000 tank. 20.000 meriam antipesawat, dan 18 juta ton pengiriman niaga. Seluruh kegiatan nasional- pertanian, manufaktur, pertambangan, perdagangan, tenaga kerja, investasi, komunikasi, bahkan pendidika  dan kegiatan budaya- berlangsung di bawah pengawasan baru yang meyeluruh.  
             Serangan Jepang mampu melunturkan ideologi kaum isolasionis. Pada bula Februari 1942, hampir 120.000 orang Jepang-Amerika yang tinggal di California dipindahkan dari rumah mereka dan di tahan di 10 kamp sementara yang kondisinya buruk dipagari dengan kawat berduru. Mereka kemudian dipindahkan ke pusat relokasi di luar kota-kota terpencil di bagiab Barat Daya. (Badan Penerangan Amerika Serikat, 2005:303). Ini dilakukan karena sikap kecurigaan Amerika kepada orang-orang Jepang yang dianggap sebagai mata-mata walaupun Amerika tidak mampu membuktikannya.
            Selanjutnya, setelah keikutsertaan Amerika dalam peperangan, di tahu 1942 mereka mulai menyusun strategi guna menghadapi pasukan Jerman dan Italia. Tanggal 7 November tentara Amerika mendarat di Afrika Utara jajahan Perancis, setelah pertempuran habis-habisan, berhasil menimpakan kekalahan kepada tentara Italia dan Jerman. (Badan Penerangan Amerika Serikat, 2005:304).
            Penting untuk diingat bahwa pada tahun 1942 merupakan titik balik dari peperangan yaitu ketika pihak Sekutu berbalik menyerang hal ini berdekatan dengan bangkitnya Uni Soviet dari serangan Jerman, dan kalahnya Jepang di peperangan Laut Karang. Pada Juli 1943, Pasukan Inggris dan Amerika menduduki Sisilia, dan akhir musim panas pesisir selatan Laut Tengah dibersihkan dari kekutan Fasis. (Badan Penerangan Amerika Serikat, 2005:304).
            Pada tahun 1944, Italia berhasil diduduki dan diikutu dengan penyerahan tanpa syarat dari Italia. Jenderal amerika Dwight D. Eisenhower ditunjuk sebagai panglima tertinggi di Eropa. Selain itu Amerika juga membentuk pasukan khusus dalam perang yang paling terkenal yaitu U.S Ranger, merupakan pasukan infanteri ringan di bawah pimpinan William Darby. Selama bula Februari sampai Maret 1943, Batalion Ranger Pertama telah terlibat dalam operasi-operasi besar di Afrika Utara, di antaranya serangan ke posisi Italia di Station de Sened, Tunisia. U.S Ranger juag turut ambil bagian dalam operasi merebut pulau Sisilia di Italia (Operasi Husky), invasi Italia, dan pendaratan besar-besaran Sekutu di Normandia (Operasi Overlord).(Darmawan. 2008:118). Setelah melalui persiapan luar biasa., pada tanggal 6 Juni 1944, rombongan pertama invasi tentara Amerika Serikat, Inggris, dan Kanada, yang dilindungi angkatan udara yang hebat, mendarat di pantai Normandia di utara Prancis. (Badan Penerangan Amerika Serikat, 2005:304).
            Di samping itu pertempuran di Asia Pasifik terus berlangsung. Amerika memimpin pasukan Sekutu dalam Perang Asia Pasifik di bawah Douglas Mac Arthur dibantu oleh Laksamana Nimitz berkebangsaan Inggris dengan strategi “Lompat Katak”, yaitu berusaha untuk menguasai satu persatu kepulauan sebelum mengarah ke Jepang. Kekalahan Jepang pada Perang Laut Karat menggagalkan ambisinya untuk menyerang Australia. Secara perlahan Sekutu terus menekan Jepang. Pertempuran lain juga ikiut menyumbangkan kesuksesan Sekutu. Guadacanal, sebuah kemenangan yang menentukan buat Amerika Serikat di bulan November 1942, menandai aksi ofensif pertama Amerika Serikat di Pasifik selama dua tahun beikutnya, pasuka Amerika daa Australia yang mencari jalan untuk bergerak ke arah utara sejajar “tangga” kepulauan Pasifik, berhasil menguasai Kepulauan Solomon, Gilbert, Marshall, Marianan, dan Bonin melalui serangan amfibi. (Badan Penerangan Amerika Serikat, 2005:306)
            Selanjutnya, untuk wilayah Eropa hanya tersisa Jerman yang sedang habis-habisan bertahan, dari Barat Jerman di serang oleh Amerika dan Sekutu sedangkan di sebelah Timur terdapat Uni Soviet. Antara pasukan Timur dan Barat dalam Blok Sekutu terjadi persaingan untuk lebih dulu menduduki Berlin, persaingan ini dimenangkan oleh Uni Soviet. Setelah Jerman menyerah tanpa syarat kepada Sekutu, namun Jepang tak kunjung menyerah.
            Pada Februari 1945 Amerika telah mengambil alih Manila. Amerika mengincar pulau Iwo Jima di Kepulauan Bonin, yang terletak di tengah-tengah pulau Mariana dan Jepang. (Badan Penerangan Amerika Serikat, 2005:308). Untuk menguasainya Amerika harus kehilangan ribuan pasukannya. Sekutu mengumumkan Deklarasi Pastdam pada 26 Juli, menjanjikan tidk akan menghancurkan atau memperbudak Jepang bila mereka menyerah; namun, bila tidak, Jepang akan menjumpai “kehancuran total”. (Badan Penerangan Amerika Serikat, 2005:309)
            Jepang juga turut menolak deklarasi tersebut, hal ini membuat pihak Sekutu gerah menunggu, sehingga di bentuklah suatu bandan penelitian untuk memilih pusat persenjataan Jepang, dan ter[ilih Hiroshima dan Nagasaki. Secara berturut-turut pada tangga 6 dan 9 Agustus Hiroshima dan Nagasaki dihancurkan oleh Sekutu. Hal ini yang membuat Jepang juga terpaksa bertekuk lutut terhadap Amerika dan Sekutu.
            Dalam perang ini Amerika sangat diuntungkan karena negerinya jauh dari serangan musuh sehingga pasca Perang Dunia II, Amerika mampu tampil sebagai kekuatan baru di dunia bersanding dengan Uni Soviet, walaupun nanti keduanya terlibat dalam perseteruan Perang Dingin, dan dikhiri dengan kemenangan Amerika Serikat dan runtuhnya Uni Soviet menjadi Rusia
            Dalam bidang politik peran Amerika juga sangat terasa dimana pemimpin Amerika pada saat itu F. D. Roosevelt bersama dengan Perdana Menteri Inggris Wiston Churchill berhasil melahirkan pagam Atlantic. Lalu dengan ikutnya  Josep Stalin di Iran sepakat untuk membentuk PBB yang di teruskan dalam Konferensi Yalta. Di Yalta jugalah di sepakati para anggota keamanan PBB di beri hak veto bila ada keputusan yang mempengaruhi keamanan mereka. (Badan Penerangan Amerika Serikat, 2005:307).



BAB III
PENUTUP
  3.1            Kesimpulan
            Keadaan yang semakin mendesak memaksakan Amerika juga ikut dalam kancah perang, walaupun pada awalnya mereka hanya bersikap dingin dalam menyikapi masalah di Eropa, ada dua hal yang menjadi faktor pendorong Ameriak untuk terlibat dalam perang, pertama, ketika Perancis berhasil diduduki oleh Jerman hal ini bertentangan dengan prinsip perjanjian pada Perang Dunia I, menyebabkan Amerika ikut membantu dana perang Sekutu, kedua, ketika Jepang melakukan serangan mendadak terhadap Amerika di Hawai. Amerika sangat terkejut atas peristiwa ini, akibatnya Amerika mengeluarkan segenap upaya untuk memenangi peperangan.


DAFTAR PUSTAKA
Cahyo, N. Agus. 2013. PEMBANTAIAN-PEMBANTAIAN MENGERIKAN DALAM         PERANG DUNIA I & II. Jakarta Selatan: Palapa.
Darmawan, M. Daud. 2008. PASUKAN ELIT PERANG DUNIA II. Yogyakarta:   PINUS.
Badan Penerangan Amerika Serikat. 2005. GARIS BESAR SEJARAH AMERIKA. USA: University of Maryland.

            

GERAKAN SOSIAL

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
     Penulisan sejarah pada Abad ke-20 memasuki era baru dimana dengan adanya suatu gerakan baru dalam penulisan yang memfokuskan pada proses kehidupan manusia yang mencakup segala hal tidak hanya terbatas pada bidang ekonomi, politik, dan budaya, dimana tiga tema ini telah mendominasi penulisan sejarah.
     Namun kali ini muncul gerakan baru dimana terdapat penulisan sejarah sosial, penulisan ini ingin mencari beberapa fakta dari sudut pandang berbeda. Kembali pada kasus di Indonesia, di era Reformasi sekarang sering terjadi berbagai aksi demonstrasi di beberapa tempat oleh sekelompok orang yang mengatasnamakan “perubahan”.
     Demonstrasi bukan lagi monopoli masyarakat kelas atas, melainkan “milik” semua kelas sosial, juga bukan monopoli laki-laki, namun perempuan pun diberi kesempatan untuk melakukan aksi demonstrasi. Semua kelompok, mulai dari buruh, mahasiswa, guru, anggota organisasi masyarakat, bahkan sampai pelajar dapat dengan mudah menyampaikan aksi demonstrasi yang menuntut terjadinya suatu perubahan pada lembaga yang mereka kritik.
     Mereka menginginkan adanya perbaharuan sistem. Kelompok-kelompok tersebut dalam studi mengenai perubahan sosial sering dinamakan dengan gerakan sosial (social movement). Gerakan sosial ini merupakan salah satu kelompok yang terut memperjuangkan terwujudnya perubahan dunia ke arah yang lebih baik. Wood dan Jackson (dalam Sztompka, 1994) menyatakan bahwa perubahan sosial merupakan basis yang menentukan ciri-ciri gerakan sosial, dan gerakan sosial berkaitan erat dengan perubahan sosial.
     Gerakan sosial memiliki cara yang menurut mereka paling tepat dalam rangka mewujudkan cita-citanya. Sejak abad ke-19, gerakan sosial sering diwujudkan dalam bentuk gerakan protes, pemberontakan, kudeta, sampai perilaku anarkis. Namun ada juga gerakan sosial yang dilakukan dengan perilaku yang positif, tanpa tindakan anarkis dan merusak.

1.2.Rumusan Masalah
               1.2.1.     Apa itu gerakan sosial ?
               1.2.2.     Bagaimana yang dimaksud dengan tipologi gerakan sosial?
               1.2.3.     Bagaimana pemicu gerakan sosial?

1.3.Tujuan dan Manfaat
               1.3.1.     Memberikan pandangan pendahuluan terkait dengan sejarah gerakan sosial.
               1.3.2.     Dapat menjadi bahan acuan untuk bancaan selanjutnya mengenai penulisan sejarah sosial.
               1.3.3.     Memenuhi tugas mata kuliah sejarah sosial.



BAB II
PEMBAHASAN
2.1            Gerakan Sosial
     Gerakan sosial merupakan suatu proses mengenai tujuan, arah, langkah dari suatu masyarakat untuk mencapai tujuan tertentu baik disadari atau tidak, sehingga suatu gerakan sosial identik dengan perubahan sosial dan mobilitas sosial. Banyak para ahli telah berusaha untuk merumuskan berbagai definisi gerakan sosial.
Gerakan sosial adalah tindakan kolektif yang diorganisir secara longgar, tanpa cara terlembaga untuk menghasilkan perubahan dalam masyarakat mereka. (Sztompka, 2008:325).
Upaya kolektif untuk membangun tatanan kehidupan yang baru. (Blummer, 1951:199).
Sebentuk aksi kolektif dengan orientasi konfliktual yang jelas terhadap lawan sosial dan politik tertentu, dilakukan dalam konteks jejaring lintas kelembagaan yang erat oleh aktor-aktor yang diikat rasa solidaritas dan identitas kolektif yang kuat melebihi bentuk-bentuk ikatan dalam koalisi dan kampanye bersama. (Darmawan Triwibowo, 2006).
Tindakan kolektif berkelanjutan untuk mendorong atau menghambat perubahan dalam masyarakat atau dalam kelompok yang menjadi bagian masyarakat itu (Turner & Killian, 1972:246).
Ada banyak definisi mengenai gerakan sosial. Gerakan sosial sering diidentifikasikan dengan masalah politik, karena memang gerakan sosial lahir dari sebuah kepentingan individu atau masyarakat, baik yang terorganisasi maupun tidak. Gerakan sosial pada hakikatnya merupakan hasil perilaku kolektif, yaitu sebuah perilaku yang dilakukan bersama-sama oleh sejumlah orang yang tidak bersifat rutin dan perilaku mereka merupakan hasil tanggapan atau respon terhadap rangsangan tertentu (Sunarto, 2004). Akan tetapi, gerakan sosial berbeda dengan perilaku kolektif. Gerakan sosial sifatnya lebih terorganisasi dan lebih memiliki tujuan dan kepentingan bersama dibandingkan dengan perilaku kolektif.


2.2            Pemicu Gerakan Sosial
     Saat gerakan sosial itu muncul ke permukaan dan menjadi suatu permasalahan sosial, sebelumnya ada pemicu-pemicu yang terdapat dalam suatu gerakan sosial, Martono (2012) membaginya ke dalam dua teori yaitu melaui psikologi dan sosiologi.
1)      Secara Psikologi
·         Teori ketidakpuasan (discontent theory) teori ini menyatakan bahwa akar munculnya gerakan sosial terletak pada perasaan ketidakpuasan. Orang yang merasa hidupnya nyaman dan puas, cenderung kurang menaruh perhatian pada gerakan sosial. Ada berbagai ragam ketidakpuasan mulai dari luapan kemarahan orang-orang yang merasa dikorbankan oleh ketidak adilan yang kejam sampai dengan kadar kejengkelan terendah dari orang-orang yang tidak menyukai perubahan sosial tertentu. Pada semua masyarakat modern, selalu saja terdapat kadar ketidakpuasan yang cukup mendorong terciptanyanya gerakan sosial. Ketidakpuasan memang merupakan kondisi yang diperlukan dalam proses kelahiran suatu gerakan sosial, akan tetapi kondisi ketidak puasan itu sendiri belum cukup untuk membangkitkan gerakan sosial.
·         Teori ketidakmampuan penyesuaian diri pribadi (personal maladjusment theory). Teori ini menyatakan bahwa gerakan sosial merupakan tempat untuk menyalurkan kegagalan pribadi. Orang yang merasa kecewa dan gagal lebih tertarik untuk ikut serta dalam gerakan sosial daripada orang yang sudah merasa puas atau senang. Orang-orang yang merasa kehidupannya sudah nyaman dan memuaskan kurang memerlukan perasaan harga diri dan keberhasilan karena mereka telah memilikinya.

2)      Secara Sosiologi

·         Teori Deprivasi Relatif (Relative Deprivation Theory). Konsep ini dikembangkan oleh Stouffer. Menurut teori seorang merasa kecewa karna adanya kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Orang yang menginginkan sedikit, lalu ternyata hanya mampu memperoleh lebih sedikit akan merasakan kadar kekecewaan yang lebih rendah daripada orang yang telah memperoleh banyak, tetapi masih menghendaki yang lebih daripada apa yang telah mereka dapatkan. Faktor ini juga dipicu oleh proses melemahnya kendali dan tradisi kesukuan yang biasanya disertai dengan meningkatnya kadar keinginan.
·         Teori Mobilisasi Sumber Daya (Resourche Mobilization Theory). Teori ini menekankan pada faktor teknis, bukan penyebab munculnya gerakan sosial. Teori ini menjelaskan tentang pentingnya pendayagunaan sumber daya secara efektif dalam menunjang gerakan sosial, karena gerakan sosial yang berhasil memerlukan organisasi dan taktik yang efektif. Teori ini berpandangan bahwa kepemimpinan, organisasi, dan taktik merupakan faktor utama yang menentukan sukses atau gagalnya suatu gerakan sosial. Sumber daya yang dimaksud dalam teori ini adalah pandangan dan tradisi penunjang, peraturan hukum yang mendukung organisasi dan pejabat yang dapat membantu, manfaat yang memungkinkan untuk dipromosikan, kelompok sasaran yang dapat terpikat oleh manfaat tersebut dan sumber daya penunjang lainnya.
·         Teori Proses-Politik
Teori ini erat kaitannya dengan teori mobilisasi sumber daya. Pendekatan proses-politik menekankan pada peluang-peluang bagi gerakan, yang diciptakan oleh proses politik dan sosial yang lebih besar. 



2.3            Tipologi Gerakan Sosial
     Ada beberapa bentuk atau klasifikasi gerakan sosial yang didasarkan pada beberapa kriteria menurut Sztompka (dalam Martono, 2012:230-232)
1)       Menurut bidang perubahan yang diinginkan. Dibedakan lagi menjadi dua:
·         Gerakan sosial dengan tujuan terbatas hanya untuk mengubah aspek tertentu dalam masyarakat tanpa menyentuh struktur lembaganya. Gerakan ini dinamakan gerakan reformasi, misalnya gerakan yang menolak pornografi dan pornoaksi.
·         Gerakan radikal, gerakan ini mengupayakan perubahan yang lebih mendalam yang menyentuh landasan organisasi sosial. Contohnya gerakan hak-hak sipil di Amerika Serikat serta gerakan anti Apartheid di Afrika Selatan.
2)      Menurut kualitas perubahan yang diinginkan. Kelompok ini dibedakan menjadi dua:
·         Gerakan konservatif. Gerakan ini merupakan gerakan yang mengarah ke masa lalu. Gerakan ini berupaya memperbaiki lembaga, hukum, cara hidup serta keyakinan yang telah mapan di masa lalu tetapi mengalami erosi dan dibuang dalam perjalanan sejarah.
·         Gerakan progresif, yaitu geraka yang menekankan pada inovasi, mengenalkan lembaga beru yang berorientasi masa depan.
3)      Menurut target perubahannya. Tipe gerakan sosial ini dibedakan menjadi dua:
·         Gerakan sosial yang memusatkan target perubahannya pada perubahan struktur sosial. Misalnya gerakan Reformasi di Indonesisa
·         Gerakan sosial yang berorientasi pada perubahan diri individu, misalnya gerakan keagamaan yang menginginkan perubahan dalam diri individu
4)      Menurut arah perubahan yang diinginkan. Tipe gerakan sosial ini dibagi menjadi dua:
·         Gerakan sosial positif, gerakan ini berupaya untuk mengenalkan perubahan tertentu serta membuat perbedaan, gerakan ini juga dapat dimaksudkan untuk memerangi suatu kebijakan yang dinilai memberikan dampak negatif. Misalnya gerakan anti produk luar negeri, gerakan anti globalisasi, atau gerakan menanam sejuta pohon.
·         Gerakan sosial negatif, gerakan sosial ini dimobilisasi untuk mengganti undang-undang tertentu. Gerakan ini misalnya menolak undang-undang antipornografi dan pornoaksi dan gerakan poligami.
5)      Menurut strategi yang mendasai atau “logika tindakan mereka”, ada dua gerakan yang termasuk dalam tipe ini:
·         Gerakan yang mengikuti logika instrumental, yang bertujauan untuk mendapatkan kekuasaan politik dan dengan kekuatan politik itu mereka memaksakan perubahan yang diinginkan dalam peraturan hukum, lembaga, dan organisasi masyarakat. Tujuannya adalah sebagai alat kontrol politik.
·         Gerakan yang mengedepankan logika perasaan, gerakan ini bertujuan untuk menguatkan identitas agar mendapat pengakuan umum dan posisi yang setara dengan kelompok lain. Gerakan ini misalnya adalah gerakan perempuan (feminisme).
6)      Menurut sejarah perkembangannya. Tipologi gerakan sosial ini dibagi menjadi dua:
·         Gerakan sosial lama (GSL) yaitu gerakan sosial yang menonjol pada masa awal kemunculan modernisasi. Gerakan ini memusatkan perhatian pada kepentingan ekonomi, anggotanya kebanyakan direkrut dari kelas sosial tertentu, sifat organisasinya kaku serta bersifat desentralistis. Contoh gerakan ini yang paling mudah adalah gerakan buruh dan gerakan petani.
·         Gerakan sosial baru (GSB) yaitu gerakan sosial yang muncul pada masa akhir modernisasi. Gerakan ini memiliki ciri yaitu memusatkan perhatian pada isu-isu baru, kepentingan baru, serta medan konflik sosial baru. Contoh gerakan ini adalah gerakan feminis, gerakan mahasiswa, gerakan buruh atau gerakan profesi lain.

            Keenam gerakan tersebut tidak terlepas dari perbandingan oleh ahli lain sehingga juga dikemukakan pendapat oleh David Aberle (Sunarto, 2004 dalam Martono, 2012). Aberle membagi tipe gerakan sosial yang didasarkan pada tipe perubahan yang dikehendaki serta besarnya perubahan yang dikehendaki.
1)      Alternative movement, yaitu gerakan sosial yang bertujuan untuk mengubah sebagian perilaku perseorangan. Gerakan sosial ini dapat dicontohkan dalam berbagai kampanye untuk mengubah perilaku tertentu, misalnya: kampanye anti rokok, tidak minum minman keras, dan tidak menggunakan zat adiktif berbahaya.
2)      Redemptive movement, yaitu gerakan sosial ini memiliki lingkup yang lebih luas dari pada alternative movement. Gerakan sosial ini kebanyakan terdapat dalam masalah agama. Misalnya gerakan yang menganjurkan orang untuk bertaubat atau mengikuti ajaran agama.
3)      Reformative movement, gerakan sosial ini bertujuan untuk mengubah perilaku masyarakat umum, namun ruang lingkup yang akan dibuah hanya aspek-aspek tertentu dalam masyarakat. Misalnya gerakan sosial homo seksual untuk memperoleh pengakuan terhadap gaya hidup mereka, atau gerakan gender.
4)      Transformative movement merupakan gerakan sosial yang bertujuan untuk mengubah perilaku masyarakat secara menyeluruh. Misalnya gerakan Khmer Merah di Kamboja yang bertujuan untuk menciptakan masyarakat komunis di Kamboja.









KESIMPULAN

     Gerakan sosial merupakan suatu proses mengenai tujuan, arah, langkah dari suatu masyarakat untuk mencapai tujuan tertentu baik disadari atau tidak, sehingga suatu gerakan sosial identik dengan perubahan sosial dan mobilitas sosial.
    






























DAFTAR PUSTAKA

Martono, Nanang. 2012. Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta: PT         Rajagrafindo Persada.

Sztompka, Piotr. 2008. Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta: Prenada.

Triwibowo, Darmawan. 2006. Gerakan Sosial. Jakarta: Pustaka LP3ES           Indonesia.