BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Asia Tenggara adalah suatu wilayah yang meliputi daratan
dan kepulauan, secara umum wilayah ini sangat terkenal dengan hasil buminya
namun pada makalah ini kita akan tidak akan membahas tentang hasil bumi Asia
Tenggara. Namun pada makalah ini kita akan membahas tentang perkembangan
kebudayaan wilayah Asia Tenggara, seperti yang diketahui bahwa wilayah ini
berada ditengah-tengah salah satu dari dua peradaban kuno yaitu India dan Cina.
Namun pada kali ini kita akan membahas pengaruh India terhadap Asia Tenggara
secara garis besar, sejak zaman dahulu penduduk diwilayah Asia Tenggara telah
mengalami perkembangan kebudayaan sendiri seiring dengan berkembangnya zaman
yang disebut dengan kebudayaan austronesia, kebudayaan inilah yang menjadi
kebudayaan asli Asia Tenggara dan menjadi jati diri seluruh kebudayaan Asia
Tenggara secara umum, karena hampir seluruh penemuan arkeolgis menunjukkan
kesamaan terhadap hasil kebudayaan pada zaman tersebut, namun seiring dengan
berkembangnya kebudayaan manusia diseluruh dunia maka terdapatlah
pengaruh-pengaruh asing, terutama diwilayah Asia Tenggara seperti yang
dikemukakan diatas bahwa wilayah ini berbatan dengan dua peradan kuno yaitu
India dan Cina.
Secara garis besar wilayah Asia Tenggara dipengaruhi oleh
India, hal ini dapat kita lihat pada wilayah Sumatera, Jawa, Kalimantan, Bali,
Semenanjung Malaya, Khmer, Thailand, Campa, Tumasik, dan Myanmar adapun wilayah
Laos dan Vietnam lebih dipengaruhi oleh Cina, namun tidak menutup kemungkinan
wilayah ini juga dipengaruhi oleh India disebabkan beberapa penemuan arkelogis
diwilayah ini, dan wilayah Filiphina tidak terlalu banyak mendapat pengaruh
India dan penduduknya terus mengembangkan budaya Austronesia pasca penyebaran
manusia diwilayah kepulauan, justru Filphina Selatan langsung dipengaruhi oleh
Islam dan Filiphina Utara bahkan langsung dipengaruhi oleh Spanyol pada masa
penjelajahan samudera.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa yang menyebabkan terjadinya pengaruh
India di Asia Tenggara ?
2.
Bagaimana proses masuknya pengaruh India
ke Asia Tenggara ?
C. Tujuan
1.
Menjelaskan penyebab terjadi pengaruh
budaya India diwilayah Asia Tenggara
2.
Menjelaskan pengaruh India diwilayah
Asia Tenggara
3.
Menjelaskan dampak pengaruh India
diwilayah Asia Tenggara
D.
Manfaat
1.
Agar dapat memahami pengaruh India
diwilayah Asia Tenggara
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Asia Tenggara Kuno
Wilayah Asia Tenggara kuno mencakup seluruh wilayah Asia
Tenggara modern saat ini, yang memiliki budaya yang disebut dengan budaya
austronesia yang dikembangkan pada zaman proto sejarah, dimulai dengan
kedatangan penduduk ke wilayah Asia Tenggara daratan dan terus menyebar ke
wilayah Asia Tenggara kepulauan.
Setiap negara Asia Tenggara, kecuali Singapura yang
urban, dicirikan oleh minimal satu dari tiga perbedaan pokok demografi. Pertama, antara penduduk daratan rendah
dengan penduduk yang tinggal di bukit dan pegunungan-biasa disebut ‘orang
gunung’. Kedua, antara penduduk yang
tinggal di pemukiman dan mempraktikkan pertanian lahan basah atau lahan kering
dengan penduduk yang biasa tinggal dihutan dan bertahan hidup dari hasil buruan
serta mengumpulkan makanan. Ketiga,
antara populasi kecil di beberapa negara yang terkonsentrasi di laut dan
tinggal di atas kapal dengan komunitas nelayan yang bergantung pada laut untuk
mencari nafkah namun tetap tinggal di daratan. Perbedaan ini bukan hanya
menyangkut kondisi geografis, ekonomi atau demografi semata, teteapi juga
etnis. Etnis-etnis yang tinggal didaratan tinggi, hutan atau diata kapal di
sepanjang pesisir selalu tergolong kaum minoritas. Di sebagian besar wilayah
daratan Asia Tenggara, para penutur Austroasia (Mon-Khmer) merupakan penghuni
tertua (M.C. Ricklefs,dkk 2013:14-15).
Zaman protosejarah adalah era terbentuknya kebudayaan
awal di wilayah Asia Tenggara, penduduk kawasan tersebut telah mampu
menghasilkan berbagai bentuk pencapaiannya. Walaupun demikian tetap memerlukan
adanya masukan anasir baru dari kebudayaan luar sehingga dapat mempercepat
perkembangan kebudayaan mereka. Dalam upaya untuk mengembangkan kebudayaannya
masyarakat manusia di daratan dan kepulauan Asia Tenggara dalam periode
kemudian akhirnya menerima berbagai pengaruh kebudayaan luar, dan pengaruh yang
paling dominan berasal dari kebudayaan India. Sebenarnya migrasi tempatan dalam
kawasan yang sama telah terjadi dalam masa prasejarah Asia Tenggara.
Berdasarkan tinggalan arkeologisnya Robert von Heine Geldern pernah menyatakan
bahwa pada masa silam pernah terjadi, migrasi ke arah wilayah kepulauan dan
juga sebaliknya, migrasi itu terjadi dalam dua tahap, yaitu:
1.Tahap pertama
berlangsung dalam kurun waktu antara 2500--1500 SM
2.Tahap kedua
berlangsung dalam kurun waktu yang lebih muda antara 1500—500 SM
(Von Heine Geldern 1932
and 1936; Soejono 1984: 206--208).
B.
Masuknya Pengaruh India ke Asia Tenggara
Diperkirakan pertemuan dengan para pelaut dan musafir
dari India terjadi pada awal tarikh Masehi. Penduduk Asia Tenggara masa itu
telah membentuk komunitas-komunitas di tepian pantai dengan demografi yang
cukup memadai. Mereka membentuk Bandarbandar nelayan yang telah berhubungan
satu dengan lainnya di wilayah tepian pantai yang tidak terlalu jauh.
Bukti-bukti
pengaruh India yang pertama ditemukan di daerah Myanmar dengan dikenalnya
legenda tentang datangnya dua orang bhiksu Buddha bernama Sona dan Utara dalam
abad ke-3 SM. Kedua agamawan itu datang ke Suvarnnabhumi (“negeri emas”) yang dapat
ditafsirkan dengan Myanmar atas perintah raja Asoka Maurya yang sangat
melindungi agama Buddha. Munculnya institusi kerajaan pertama yang bercorak
India di Asia Tenggara terjadi di Asia Tenggara daratan. Kerajaan itu
dilaporkan oleh berita Cina dengan nama Fu-nan didirikan oleh seorang brahmana
pendatang bernama Kaundinya pada sekitar abad-abad pertama Masehi. (Coedes
2010: 44—5). Kaundinya dalam bahasa Cina disebut dengan Houent’ien,
dilaporkan bahwa Kaundinya dan pengikutnya mungkin datang dari India, Semenanjung
Melayu, atau bahkan juga mungkin dari pulau-pulau selatan.
Dapat
disimpulkan bahwa peninggalan-peninggalan arkeologis tertua di wilayah tertua tidak
ada yang lebih tua dari masa Ptolemaeus (abad ke-2 M). Sangat mungkin kebudayaan
India menyebar ke kawasan Asia Tenggara baru sekitar abad ke-2--3 M. Hasil dari
penyebaran tersebut baru meninggalkan bukti-buktinya yang nyata pada abad
ke-4--5 M (Coedes 2010: 47).
Dalam
tahun 2009 di Lembah Bujang, Kedah, Malaysia diadakan penelitian arkeologis terhadap
situs Sungai Batu yang mempunyai peninggalan struktur bata beraneka. Sebenarnya
penelitian terhadap situs Lembah Bujang telah dilakukan sejak pertengahan abad
ke-19, hingga sekarang. H.G.Q.Wales (1940) pernah menyatakan bahwa peninggalan di
Lembah Bujang terdiri atas beberapa fase, fase pertama berasal dari abad ke-4—6
M yang bernapaskan Hinduisme, fase kedua dari abad ke-6—8, peninggalannya
bercorak Hindu-saiva dari Pallava, dan fase terakhir abad ke-8—10 bernapaskan
agama Buddha Mahayana. Pendapat yang agak berbeda dikemukakan oleh sarjana
Malaysia sendiri Nik Hassan Shuhaimi Nik Abd.Rahman beserta Othman Mohd.Yatim
(1992) telah melakukan kajian mendalam terhadap situs tersebut, baik terhadap
monumen-monumen purbakala ataupun juga terhadap temuan sertanya. Kajian
tersebut telah membawa kepada kesimpulan bahwa kronologi situs Lembah Bujang
terentang dalam kurun waktu yang panjang sejak sekitar abad ke-5 hingga abad
ke-14 M. Dalam rentang panjang kronologi situs Lembah bujang tersebut,
berdasarkan data arkeologis yang telah dikaji dapat dibagi lagi menjadi
beberapa fase, sekurangnya terdapat tiga fase penting, yaitu pertama, peninggalan yang mengacu kepada
Abad 5/6—10 M, kedua, abad ke-10—11
M, dan ketiga, fase terakhir antara abad
ke-11—14 M (Nik Hassan Shuhaimi & Othman Mohd.Yatim 1992: 106—108).
C.
Indianisasi
Pengaruh kebudayaan India tersebar luas di wilayah Asia
Tenggara. Unsur-unsur India, bahkan hingga saat ini, dapat diidentifikasikan
melalui bahasa dan budaya di sebagian kawasan ini, Indianisasi yang dipahami
dalam konteks Asia Tenggara sejajar dengan proses yang terjadi di subbenua
India sendiri yaitu penyebaran unsur-unsur budaya yang berkaitan dengan agama
Hindu ke arah selatan dari akar mereka di Arya, daerah utara.
Jadi, ‘Indianisasi’ di India adalahproses interaksi
sekaligus proses sinkretisme antara kepercayaan dan konsep lokal dengan
kepercayaan dan konsep yang datang dari
luar kawasan tertentu, kami menganggap bahwa ‘Indianisasi’ di Asia
Tenggara secara umum adalah proses sama. Kurang lebih dimulai pada awal Masehi.
Upaya akhir untuk menentukan titik akhir Indianisasi bahkan lebih sulit lagi,
tetapi dapat diperkirakan bahwa pada akhir millenium pertama pengaruh Hindu dan
Budha secara langsung dari India sudah sangat berkurang. Sejak saat itu
kekeuatan-kekuatan budaya baru yang datang dari India ke Asia Tenggara adalah
Islam, secara khusus agama Budha datang dari Srilangka. (M.C. Ricklefs,dkk 2013:31-32).
Hampir seluruh wilayah daratan Asia Tenggara-termasuk
kawasan semenanjung yang kini lebih terkait dengan negeri kepulauan, baik secar
etnis maupun budaya-terpapar Indianisasi dalam batas tertentu, kecuali wilayah
yang sekarang Vietnam Utara, para pendeta dan biarawan India dam Asia Tengah
diketahu hadir diantara masyarakat Vietnam selama abad-abad pemerintahan Cina,
namun jejak-jejak kebudayaan India yang jeas tidak terlalu banyak dan letaknya
saling berjauhan.( Ricklefs,dkk 2013:32-33)
Indianisasi
di Asia Tenggara maritim jauh lebih selektif. Jawa dan Bali adalah tempat yang
paling terpapar kebudayaan India. Kita dapat melihat sangat banyak bukti-bukti
yang terdapat di seluruh kawasan kepulauan ini, hal ini terkecuali Filiphina
yang nyaris tidak terpengaruhi oleh unsur India dan bahkan kawasan ini langsung
mendapat pengaruh Islam dan dilanjutkan oleh Spanyol, ini disebabkan karena
wilayah ini sangat tertutup dalam pelayaran zaman dulu yaitu pada masa Jalur
Sutra.
Sudah terlalu banyak dibahas bagaimana
Asia Tenggara mengalami proses Indiansasi. Sebagian cendikiawan masa kolonial
percaya bahwa kawasan ini pernah dijajah India. Tetepi, kenyataannya kebanyakan
orang Asia Tenggara adalah penjelajah lautan, terutama yang berasal dari negeri
Melayu. Bukan mustahil bila merka menjadi pihak yang aktif yang membawa pulang
kebudayaan India ke tanah airnya. Argumentasi ini adalah bagian dari
kecenderungan umum yang menggambarkan orang Asia Tenggra sebagai pihak yang
lebih berinisiatif, bukan melihatnya sebagai penerima pasif yang hanya
menyambut datangnya kebudayaan India. Jadi, walaupun memang ada Brahmana yang
berkelana ke kawasan ini, mungkin benar juga ada orang-orang Asia Tenggara yang
diangkat menjadi pendeta di India dan kembali ke tanah air untuk menyebarkan
kepercayaan yang baru mereka dapatkan. (Ricklefs,dkk 2013:33).
Pyu
Pyu adalah sebuatan sebuah etnis yang berada di kawasan
Asia Tenggara. Seperti yang dikutip dalam (Ricklefs,dkk 2013:38) etnis yang
dikenal sebagai Pyu adalah sebagian dari penduduk tertua yang diketahui
mendiami wilayah yang sekarang menjadi Burma dan Myanmar, bukti-bukti menunjukkan bahwa Pyu adalah
salah satu etnis Asia Tenggara paling awal yang mengadopsi unsur-unsur
kebudayaan India.
Dwarawati
Dikutip dari ( Ricklefs,dkk 2013:39-40) bahwa “Nama
Sansekerta Dwarawati di asosiasikan dengan kelompok situs tersebar di Thailand
Tengah dan sebagian Thailan Timurlaut, Dwarawati lebih tepat dipandang sebagai
wilayah budaya dari pada kerajaan, Dwarawati diasosiasikan dalam etnis Mon yang
merupakan penduduk asli sebagian besar wilayah Thailand modern. Karakteristik
utama Dwarawati dikelilingi parit yang sebagian sampai sekarang masih terlihat
lewat foto udara. Kota-kota ini adalah pusat Indianisasi yang beragam. Selain
seni, pengaruh budaya merupakan warisan terpenting Dwarawati. Bersama
tetangganya Pyu dan Mon sepertinya menjadi etni Asia Tenggara pertama yang
menganut agama Budha.
Cham
Wilayah mereka membentang dari pesisir utara ke selatan
hingga delta Mekong. Walaupun mereka merupakan punutur Austroasia yang awalnya
bermigrasi dari tempat yang sekarang menjadi Indonesia. Pada awal abad ke-3 M
sumber-sumber Cina mencatat keberadaan kerajaan yang mereka kenal sebagai
Linyi. Linyi secara umum diakui sebagai Kerajaan Cham Kuno yang eksistensinya
sebagai sebuah entitas terpisah tidak diketahui. Orang Cina terkenal enggan
mengganti nama negara-negara asing yang mereka kenal. Nama Cham muncul dalam
prasasti lokal berbahasa sansekerta pada akhir abad 6 M.
Hingga pertengahan abad ke-8 M, ketika ‘Linyi’ berubah
menjadi ‘Huanwang’ dalam catatan Cina, aktivitas dan budaya politik Cham
terpusat di lokasi yang sekarang menjadi Provinsi Quang Nam, situs paling
terkanal adalah My Son. Indianisasi membuat kultur Cham banyak berbeda dengan
Vietnam di utara yang dip pengaruhi Cina.
Khmer
Peran delta Mekong pada abad-abad awal milenium pertama sudah tidak iragukan
lagi. Situs penting Oc Eo telah mengungkapkan adanya koin-koin dan artefak. Ini
mendorong kemunculan dan pertumbuhan kerajaan-kerjaan kuno. Semakin jauh ke
pedalaman terdapat Angkor Boreo. Sehingga sAnkor Boreo dan Oc oe mungkin bagian
dari kerajaan Khmer kuno namun hal ini masih diragukan. Pengaruh agama yang
mendominasi adalah India terutaman Siwa dan Wisnu.
Sriwijaya
Sriwijaya adalah sebuah kerajaan yang terdapan di kawasan
semenanjuna Malaya, perkembangan kerajaan ini sepertinya terkait langsung
dengan pola perubahan perdagangan yang lebih menguntungkan daerah Selat Malaka
dan merugikan pesisir delta Mekong. Sriwijaya tampak berhasil mempengaruhi
semenanjung Malaya yang dibuktikan lewat temuan prasasti-prasasti di kawasan
semaenanjung Malaya yang menjadikan kerajaan ini menjadi kerajaan maritim yang
besar.
Pusat Sriwijaya diyakini di Palembang dan juga Sriwijaya
sangat dipengaruhi oleh agama Budha.
Jawa
Seperti halnya dipulau Sumatera, di Jawa juga tidak
banyak ditemukan bukti. Namun pada awal abad ke-5 M seorang penguasa bernama
Purnawarman yang memerintah kerajaan Tarumanegara meninggalkan serangkaian
prasasti di jawa barat. Peninggalan ini menjadi bukti awal bahwa terjadi
Indianisasi.
D.
Dampak Masuknya Pengaruh India
Dari Protosejarah ke
Sejarah Kuno
Masa protosejarah
atau pra aksara adalah masa yang dimana masyarakat di kawasan Asia Tenggara
belum mengenal tulisan dan sejarah kuno adalah
dimana masyarakat mulai memasuki masa sejarah awal yaitu dengan mengenal
tuliasan. Pengaruh yang datang maupun di datangkan dari India sangat
berpengaruh bagi kawasan Asia Tenggara karena budaya India memperkenalkan
tulisan sansekerta yang sangat berguna bagi kehidupan, sehingga setelah
masuknya budaya India ke wilayah Asia Tenggara maka wilayah ini memasuki masa
sejarah kuno.
Munculnya
Kerajaan-kerajaan bercorak India
Ini dikarenakan pengaruh yang dibawakan atau didatangkan
dari India mempengaruhi raja atau pemimpin yang menduduki tahta, sehingga raja
menerapkan apa yang telah ia terima yang dianggap baru dan lebih maju,
diantaranya ada beberapa kerajaan pada zaman klasik:
1.
Kerajaan Angkor
2.
Kerajaan Champa
3.
Kerajaan Pagan
4.
Kerajaan Sriwijaya
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Beranjak dari pembahasan dalam bab sebelumnya kita dapat
menarik kesimpulan bahwa kawasan Asia Tenggara merupakan kawasan yang terletak
diantara dua benua yang memeliki peradaban yang maju sehingga kawasan Asia
Tenggara mengalami pengaruh terutama dari wilayah India yang berakibat
mendorong terbentuknya kerajaan-kerajaan di kawasan ini.
Kita dapat melihat hampir seluruh negara modern di
kawasan ini sekarang memiliki penganut Hindu dan Budha yang banyak, selain itu
banyaknya penduduk kawasan ini secara fisik dapat kita lihat mempunyai kesamaan
yang tidak jauh berbeda hal ini menandakan bahwa pengaruh India sangat kental
di Asia Tenggara.
Daftar
Pustaka
Ricklefs, M.C. et al.
(2013). Sejarah Asia Tenggara. Jakarta.
Komunitas Bambu.
Chachavalongpu, Pavin.
(2013). “Moonarchy in Southeast Asia”. Center
for Southeast Asian, University
Kyoto.
Cecep Hidayat. (2012).
“Sistem Politik Tradisional: Pengaruh
India dan Cina Tenggara”. Makalah pada
Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Indonesia.
Sudrajat. (2010). “Konsep
Dewa Raja dalam Negara Tradisional Asia Tenggara”. Makalah pada FKIP Sejarah, Universitas
Yogyakarta.
maaf kak,penulis artikelnhya siapa ya kak???
BalasHapus