Jumat, 19 Januari 2018

PENGARUH INDIA DI ASIA TENGGARA


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
            Asia Tenggara adalah suatu wilayah yang meliputi daratan dan kepulauan, secara umum wilayah ini sangat terkenal dengan hasil buminya namun pada makalah ini kita akan tidak akan membahas tentang hasil bumi Asia Tenggara. Namun pada makalah ini kita akan membahas tentang perkembangan kebudayaan wilayah Asia Tenggara, seperti yang diketahui bahwa wilayah ini berada ditengah-tengah salah satu dari dua peradaban kuno yaitu India dan Cina. Namun pada kali ini kita akan membahas pengaruh India terhadap Asia Tenggara secara garis besar, sejak zaman dahulu penduduk diwilayah Asia Tenggara telah mengalami perkembangan kebudayaan sendiri seiring dengan berkembangnya zaman yang disebut dengan kebudayaan austronesia, kebudayaan inilah yang menjadi kebudayaan asli Asia Tenggara dan menjadi jati diri seluruh kebudayaan Asia Tenggara secara umum, karena hampir seluruh penemuan arkeolgis menunjukkan kesamaan terhadap hasil kebudayaan pada zaman tersebut, namun seiring dengan berkembangnya kebudayaan manusia diseluruh dunia maka terdapatlah pengaruh-pengaruh asing, terutama diwilayah Asia Tenggara seperti yang dikemukakan diatas bahwa wilayah ini berbatan dengan dua peradan kuno yaitu India dan Cina.
            Secara garis besar wilayah Asia Tenggara dipengaruhi oleh India, hal ini dapat kita lihat pada wilayah Sumatera, Jawa, Kalimantan, Bali, Semenanjung Malaya, Khmer, Thailand, Campa, Tumasik, dan Myanmar adapun wilayah Laos dan Vietnam lebih dipengaruhi oleh Cina, namun tidak menutup kemungkinan wilayah ini juga dipengaruhi oleh India disebabkan beberapa penemuan arkelogis diwilayah ini, dan wilayah Filiphina tidak terlalu banyak mendapat pengaruh India dan penduduknya terus mengembangkan budaya Austronesia pasca penyebaran manusia diwilayah kepulauan, justru Filphina Selatan langsung dipengaruhi oleh Islam dan Filiphina Utara bahkan langsung dipengaruhi oleh Spanyol pada masa penjelajahan samudera.

B. Rumusan Masalah
1.      Apa yang menyebabkan terjadinya pengaruh India di Asia Tenggara ?
2.      Bagaimana proses masuknya pengaruh India ke Asia Tenggara ?
C. Tujuan
1.      Menjelaskan penyebab terjadi pengaruh budaya India diwilayah Asia Tenggara
2.      Menjelaskan pengaruh India diwilayah Asia Tenggara
3.      Menjelaskan dampak pengaruh India diwilayah Asia Tenggara

D. Manfaat
1.      Agar dapat memahami pengaruh India diwilayah Asia Tenggara

BAB II
PEMBAHASAN

A.  Asia Tenggara Kuno
            Wilayah Asia Tenggara kuno mencakup seluruh wilayah Asia Tenggara modern saat ini, yang memiliki budaya yang disebut dengan budaya austronesia yang dikembangkan pada zaman proto sejarah, dimulai dengan kedatangan penduduk ke wilayah Asia Tenggara daratan dan terus menyebar ke wilayah Asia Tenggara kepulauan.
            Setiap negara Asia Tenggara, kecuali Singapura yang urban, dicirikan oleh minimal satu dari tiga perbedaan pokok demografi. Pertama, antara penduduk daratan rendah dengan penduduk yang tinggal di bukit dan pegunungan-biasa disebut ‘orang gunung’. Kedua, antara penduduk yang tinggal di pemukiman dan mempraktikkan pertanian lahan basah atau lahan kering dengan penduduk yang biasa tinggal dihutan dan bertahan hidup dari hasil buruan serta mengumpulkan makanan. Ketiga, antara populasi kecil di beberapa negara yang terkonsentrasi di laut dan tinggal di atas kapal dengan komunitas nelayan yang bergantung pada laut untuk mencari nafkah namun tetap tinggal di daratan. Perbedaan ini bukan hanya menyangkut kondisi geografis, ekonomi atau demografi semata, teteapi juga etnis. Etnis-etnis yang tinggal didaratan tinggi, hutan atau diata kapal di sepanjang pesisir selalu tergolong kaum minoritas. Di sebagian besar wilayah daratan Asia Tenggara, para penutur Austroasia (Mon-Khmer) merupakan penghuni tertua (M.C. Ricklefs,dkk 2013:14-15).
            Zaman protosejarah adalah era terbentuknya kebudayaan awal di wilayah Asia Tenggara, penduduk kawasan tersebut telah mampu menghasilkan berbagai bentuk pencapaiannya. Walaupun demikian tetap memerlukan adanya masukan anasir baru dari kebudayaan luar sehingga dapat mempercepat perkembangan kebudayaan mereka. Dalam upaya untuk mengembangkan kebudayaannya masyarakat manusia di daratan dan kepulauan Asia Tenggara dalam periode kemudian akhirnya menerima berbagai pengaruh kebudayaan luar, dan pengaruh yang paling dominan berasal dari kebudayaan India. Sebenarnya migrasi tempatan dalam kawasan yang sama telah terjadi dalam masa prasejarah Asia Tenggara. Berdasarkan tinggalan arkeologisnya Robert von Heine Geldern pernah menyatakan bahwa pada masa silam pernah terjadi, migrasi ke arah wilayah kepulauan dan juga sebaliknya, migrasi itu terjadi dalam dua tahap, yaitu:
1.Tahap pertama berlangsung dalam kurun waktu antara 2500--1500 SM
2.Tahap kedua berlangsung dalam kurun waktu yang lebih muda antara 1500—500 SM
(Von Heine Geldern 1932 and 1936; Soejono 1984: 206--208).

B. Masuknya Pengaruh India ke Asia Tenggara
            Diperkirakan pertemuan dengan para pelaut dan musafir dari India terjadi pada awal tarikh Masehi. Penduduk Asia Tenggara masa itu telah membentuk komunitas-komunitas di tepian pantai dengan demografi yang cukup memadai. Mereka membentuk Bandarbandar nelayan yang telah berhubungan satu dengan lainnya di wilayah tepian pantai yang tidak terlalu jauh.
Bukti-bukti pengaruh India yang pertama ditemukan di daerah Myanmar dengan dikenalnya legenda tentang datangnya dua orang bhiksu Buddha bernama Sona dan Utara dalam abad ke-3 SM. Kedua agamawan itu datang ke Suvarnnabhumi (“negeri emas”) yang dapat ditafsirkan dengan Myanmar atas perintah raja Asoka Maurya yang sangat melindungi agama Buddha. Munculnya institusi kerajaan pertama yang bercorak India di Asia Tenggara terjadi di Asia Tenggara daratan. Kerajaan itu dilaporkan oleh berita Cina dengan nama Fu-nan didirikan oleh seorang brahmana pendatang bernama Kaundinya pada sekitar abad-abad pertama Masehi. (Coedes 2010: 44—5). Kaundinya dalam bahasa Cina disebut dengan Houent’ien, dilaporkan bahwa Kaundinya dan pengikutnya mungkin datang dari India, Semenanjung Melayu, atau bahkan juga mungkin dari pulau-pulau selatan.
Dapat disimpulkan bahwa peninggalan-peninggalan arkeologis tertua di wilayah tertua tidak ada yang lebih tua dari masa Ptolemaeus (abad ke-2 M). Sangat mungkin kebudayaan India menyebar ke kawasan Asia Tenggara baru sekitar abad ke-2--3 M. Hasil dari penyebaran tersebut baru meninggalkan bukti-buktinya yang nyata pada abad ke-4--5 M (Coedes 2010: 47).
Dalam tahun 2009 di Lembah Bujang, Kedah, Malaysia diadakan penelitian arkeologis terhadap situs Sungai Batu yang mempunyai peninggalan struktur bata beraneka. Sebenarnya penelitian terhadap situs Lembah Bujang telah dilakukan sejak pertengahan abad ke-19, hingga sekarang. H.G.Q.Wales (1940) pernah menyatakan bahwa peninggalan di Lembah Bujang terdiri atas beberapa fase, fase pertama berasal dari abad ke-4—6 M yang bernapaskan Hinduisme, fase kedua dari abad ke-6—8, peninggalannya bercorak Hindu-saiva dari Pallava, dan fase terakhir abad ke-8—10 bernapaskan agama Buddha Mahayana. Pendapat yang agak berbeda dikemukakan oleh sarjana Malaysia sendiri Nik Hassan Shuhaimi Nik Abd.Rahman beserta Othman Mohd.Yatim (1992) telah melakukan kajian mendalam terhadap situs tersebut, baik terhadap monumen-monumen purbakala ataupun juga terhadap temuan sertanya. Kajian tersebut telah membawa kepada kesimpulan bahwa kronologi situs Lembah Bujang terentang dalam kurun waktu yang panjang sejak sekitar abad ke-5 hingga abad ke-14 M. Dalam rentang panjang kronologi situs Lembah bujang tersebut, berdasarkan data arkeologis yang telah dikaji dapat dibagi lagi menjadi beberapa fase, sekurangnya terdapat tiga fase penting, yaitu pertama, peninggalan yang mengacu kepada Abad 5/6—10 M, kedua, abad ke-10—11 M, dan ketiga, fase terakhir antara abad ke-11—14 M (Nik Hassan Shuhaimi & Othman Mohd.Yatim 1992: 106—108).

C. Indianisasi
            Pengaruh kebudayaan India tersebar luas di wilayah Asia Tenggara. Unsur-unsur India, bahkan hingga saat ini, dapat diidentifikasikan melalui bahasa dan budaya di sebagian kawasan ini, Indianisasi yang dipahami dalam konteks Asia Tenggara sejajar dengan proses yang terjadi di subbenua India sendiri yaitu penyebaran unsur-unsur budaya yang berkaitan dengan agama Hindu ke arah selatan dari akar mereka di Arya, daerah utara.
            Jadi, ‘Indianisasi’ di India adalahproses interaksi sekaligus proses sinkretisme antara kepercayaan dan konsep lokal dengan kepercayaan dan konsep yang datang dari  luar kawasan tertentu, kami menganggap bahwa ‘Indianisasi’ di Asia Tenggara secara umum adalah proses sama. Kurang lebih dimulai pada awal Masehi. Upaya akhir untuk menentukan titik akhir Indianisasi bahkan lebih sulit lagi, tetapi dapat diperkirakan bahwa pada akhir millenium pertama pengaruh Hindu dan Budha secara langsung dari India sudah sangat berkurang. Sejak saat itu kekeuatan-kekuatan budaya baru yang datang dari India ke Asia Tenggara adalah Islam, secara khusus agama Budha datang dari Srilangka. (M.C. Ricklefs,dkk 2013:31-32).
            Hampir seluruh wilayah daratan Asia Tenggara-termasuk kawasan semenanjung yang kini lebih terkait dengan negeri kepulauan, baik secar etnis maupun budaya-terpapar Indianisasi dalam batas tertentu, kecuali wilayah yang sekarang Vietnam Utara, para pendeta dan biarawan India dam Asia Tengah diketahu hadir diantara masyarakat Vietnam selama abad-abad pemerintahan Cina, namun jejak-jejak kebudayaan India yang jeas tidak terlalu banyak dan letaknya saling berjauhan.( Ricklefs,dkk 2013:32-33)
Indianisasi di Asia Tenggara maritim jauh lebih selektif. Jawa dan Bali adalah tempat yang paling terpapar kebudayaan India. Kita dapat melihat sangat banyak bukti-bukti yang terdapat di seluruh kawasan kepulauan ini, hal ini terkecuali Filiphina yang nyaris tidak terpengaruhi oleh unsur India dan bahkan kawasan ini langsung mendapat pengaruh Islam dan dilanjutkan oleh Spanyol, ini disebabkan karena wilayah ini sangat tertutup dalam pelayaran zaman dulu yaitu pada masa Jalur Sutra.
            Sudah terlalu banyak dibahas bagaimana Asia Tenggara mengalami proses Indiansasi. Sebagian cendikiawan masa kolonial percaya bahwa kawasan ini pernah dijajah India. Tetepi, kenyataannya kebanyakan orang Asia Tenggara adalah penjelajah lautan, terutama yang berasal dari negeri Melayu. Bukan mustahil bila merka menjadi pihak yang aktif yang membawa pulang kebudayaan India ke tanah airnya. Argumentasi ini adalah bagian dari kecenderungan umum yang menggambarkan orang Asia Tenggra sebagai pihak yang lebih berinisiatif, bukan melihatnya sebagai penerima pasif yang hanya menyambut datangnya kebudayaan India. Jadi, walaupun memang ada Brahmana yang berkelana ke kawasan ini, mungkin benar juga ada orang-orang Asia Tenggara yang diangkat menjadi pendeta di India dan kembali ke tanah air untuk menyebarkan kepercayaan yang baru mereka dapatkan. (Ricklefs,dkk 2013:33).

Pyu
            Pyu adalah sebuatan sebuah etnis yang berada di kawasan Asia Tenggara. Seperti yang dikutip dalam (Ricklefs,dkk 2013:38) etnis yang dikenal sebagai Pyu adalah sebagian dari penduduk tertua yang diketahui mendiami wilayah yang sekarang menjadi Burma dan Myanmar,  bukti-bukti menunjukkan bahwa Pyu adalah salah satu etnis Asia Tenggara paling awal yang mengadopsi unsur-unsur kebudayaan India.


Dwarawati
            Dikutip dari ( Ricklefs,dkk 2013:39-40) bahwa “Nama Sansekerta Dwarawati di asosiasikan dengan kelompok situs tersebar di Thailand Tengah dan sebagian Thailan Timurlaut, Dwarawati lebih tepat dipandang sebagai wilayah budaya dari pada kerajaan, Dwarawati diasosiasikan dalam etnis Mon yang merupakan penduduk asli sebagian besar wilayah Thailand modern. Karakteristik utama Dwarawati dikelilingi parit yang sebagian sampai sekarang masih terlihat lewat foto udara. Kota-kota ini adalah pusat Indianisasi yang beragam. Selain seni, pengaruh budaya merupakan warisan terpenting Dwarawati. Bersama tetangganya Pyu dan Mon sepertinya menjadi etni Asia Tenggara pertama yang menganut agama Budha.

Cham
            Wilayah mereka membentang dari pesisir utara ke selatan hingga delta Mekong. Walaupun mereka merupakan punutur Austroasia yang awalnya bermigrasi dari tempat yang sekarang menjadi Indonesia. Pada awal abad ke-3 M sumber-sumber Cina mencatat keberadaan kerajaan yang mereka kenal sebagai Linyi. Linyi secara umum diakui sebagai Kerajaan Cham Kuno yang eksistensinya sebagai sebuah entitas terpisah tidak diketahui. Orang Cina terkenal enggan mengganti nama negara-negara asing yang mereka kenal. Nama Cham muncul dalam prasasti lokal berbahasa sansekerta pada akhir abad 6 M.
            Hingga pertengahan abad ke-8 M, ketika ‘Linyi’ berubah menjadi ‘Huanwang’ dalam catatan Cina, aktivitas dan budaya politik Cham terpusat di lokasi yang sekarang menjadi Provinsi Quang Nam, situs paling terkanal adalah My Son. Indianisasi membuat kultur Cham banyak berbeda dengan Vietnam di utara yang dip pengaruhi Cina.

Khmer
            Peran delta Mekong pada abad-abad  awal milenium pertama sudah tidak iragukan lagi. Situs penting Oc Eo telah mengungkapkan adanya koin-koin dan artefak. Ini mendorong kemunculan dan pertumbuhan kerajaan-kerjaan kuno. Semakin jauh ke pedalaman terdapat Angkor Boreo. Sehingga sAnkor Boreo dan Oc oe mungkin bagian dari kerajaan Khmer kuno namun hal ini masih diragukan. Pengaruh agama yang mendominasi adalah India terutaman Siwa dan Wisnu.

Sriwijaya
            Sriwijaya adalah sebuah kerajaan yang terdapan di kawasan semenanjuna Malaya, perkembangan kerajaan ini sepertinya terkait langsung dengan pola perubahan perdagangan yang lebih menguntungkan daerah Selat Malaka dan merugikan pesisir delta Mekong. Sriwijaya tampak berhasil mempengaruhi semenanjung Malaya yang dibuktikan lewat temuan prasasti-prasasti di kawasan semaenanjung Malaya yang menjadikan kerajaan ini menjadi kerajaan maritim yang besar.
            Pusat Sriwijaya diyakini di Palembang dan juga Sriwijaya sangat dipengaruhi oleh agama Budha.



Jawa
            Seperti halnya dipulau Sumatera, di Jawa juga tidak banyak ditemukan bukti. Namun pada awal abad ke-5 M seorang penguasa bernama Purnawarman yang memerintah kerajaan Tarumanegara meninggalkan serangkaian prasasti di jawa barat. Peninggalan ini menjadi bukti awal bahwa terjadi Indianisasi.


D. Dampak Masuknya Pengaruh India
Dari Protosejarah ke Sejarah Kuno
            Masa protosejarah atau pra aksara adalah masa yang dimana masyarakat di kawasan Asia Tenggara belum mengenal tulisan dan sejarah kuno adalah dimana masyarakat mulai memasuki masa sejarah awal yaitu dengan mengenal tuliasan. Pengaruh yang datang maupun di datangkan dari India sangat berpengaruh bagi kawasan Asia Tenggara karena budaya India memperkenalkan tulisan sansekerta yang sangat berguna bagi kehidupan, sehingga setelah masuknya budaya India ke wilayah Asia Tenggara maka wilayah ini memasuki masa sejarah kuno.

Munculnya Kerajaan-kerajaan bercorak India
            Ini dikarenakan pengaruh yang dibawakan atau didatangkan dari India mempengaruhi raja atau pemimpin yang menduduki tahta, sehingga raja menerapkan apa yang telah ia terima yang dianggap baru dan lebih maju, diantaranya ada beberapa kerajaan pada zaman klasik:
1.      Kerajaan Angkor
2.      Kerajaan Champa
3.      Kerajaan Pagan
4.      Kerajaan Sriwijaya

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
            Beranjak dari pembahasan dalam bab sebelumnya kita dapat menarik kesimpulan bahwa kawasan Asia Tenggara merupakan kawasan yang terletak diantara dua benua yang memeliki peradaban yang maju sehingga kawasan Asia Tenggara mengalami pengaruh terutama dari wilayah India yang berakibat mendorong terbentuknya kerajaan-kerajaan di kawasan ini.
            Kita dapat melihat hampir seluruh negara modern di kawasan ini sekarang memiliki penganut Hindu dan Budha yang banyak, selain itu banyaknya penduduk kawasan ini secara fisik dapat kita lihat mempunyai kesamaan yang tidak jauh berbeda hal ini menandakan bahwa pengaruh India sangat kental di Asia Tenggara.




Daftar Pustaka

Ricklefs, M.C. et al. (2013). Sejarah Asia Tenggara. Jakarta. Komunitas Bambu.
Chachavalongpu, Pavin. (2013). “Moonarchy in Southeast Asia”. Center for Southeast      Asian, University Kyoto.
Cecep Hidayat. (2012). “Sistem Politik Tradisional: Pengaruh India dan Cina Tenggara”. Makalah pada Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Indonesia.
Sudrajat. (2010). “Konsep Dewa Raja dalam Negara Tradisional Asia Tenggara”. Makalah            pada FKIP Sejarah, Universitas Yogyakarta.

1 komentar: